Mohon tunggu...
Imansyah Rukka
Imansyah Rukka Mohon Tunggu... Jurnalis - Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia - PPWI Sulawesi Selatan -- Jurnalis Koran Sergap, (sergapreborn.id), Jendela Indo News (Jendelaindo.com).

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

SBY-Boediono, Bisakah... ?"

31 Januari 2010   14:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:09 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Secara sporadis energi-energi itu menebar di alam nusantara ini mengawal pemerintahan   SBY- Boediono, dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat juga. Tidak ada yang salah namun tidak ada yang dibenarkan sepanjang itu masih dalam jalur yang di cita-citakan. Tatkala ada semacam intrik-intrik yang ditularkan dalam sebuah cita-cita yang luhur dalam membawa bangsa ini menuju perubahan, maka tetaplah menjadi hambatan dalam perjalanan bangsa ini yang didalamnya bertebaran ratusan juta rakyat yang penuh pengharapan akan perubahan dan kesejahteraan.

Banggalah secara pribadi pemimpin bangsaku ketika masih ada energi-energi itu dalam negeri ini, sebagai pelengkap dari ketidak sempurnaan manusia biasa sebagai nahkoda Negera ini. Tinggal bagaimana sikap dan kesadaran akan dirinya yang telah diberikan amanah, amanah yang bagaiamana? Amanah yang sesuai dengan apa yang tersurat dan tersirat dalam kitab sakti nan suci Alquran Nur Karim. Sangat jelas dan transpran dengan apa yang ada di dalamnya, tinggal bagaimana seorang Pemimpin kita dengan penuh kesadaran untuk selalu eling dalam setiap kebijakan yang di ambil.

Barangkali kita perlu memaknai apa sebenarnya yang disebut kebijakan itu. Kebijakan adalah keputusan yang diambil dengan penuh rasa kecintaan, kecintaan pada siapa? Tentunya kepada sesama umat manusia dalam hal ini dalam konteks berbangsa dan bernegara. Biasanya, yang saya pahami kebijakan itu tidak lepas dari kebijakan seorang pemimpin. Semakin tinggi pemahaman beliau dalam mengenal dirinya sendiri, semakin tinggi pula Ia mengenal Sang Khaliknya, berarti semakin bijak pula Ia memahami dirinya, sesamanya, lingkungannya, masyarakatnya, bangsanya serta yang paling luas adalah alam semesta beserta segala isinya.

Jika ini sudah terpatri dalam diri seorang pemimpin seperti Pak SBY- Boediono, segala sesuatunya tidak ada yang sulit bahkan dimudahkan, Insya Allah ! Iya, dengan rasa cinta beliau mencintai kebijakan itu dalam melihat seluruh rakyatnya dengan penuh kebijaksanaan yang telah di ridhoi oleh Tuhan. Namun selama belum sampai ke tataran itu, barangkali semua itu akan menjadi sia-sia belaka. Sebenarnya tidak ada yang sulit bagi Tuhan ketika kita bisa memahami arti dari filososfi dari kebijakan itu sendiri.

Seperti yang sudah-sudah dengan apa yang telah diberikan selama memimpin negeri ini, bisakah dengan penuh bijak untuk mau instropeksi dirinya sendiri, melepas semua strata-strata, symbol-simbol serta tembok-tembok yang menghambat dan menghalangi diri menemukan kehakikian hidup. Sejatinya menemukan sebuah titik primordial untuk lebih bijak dalam memimpin negeri ini. Saya sebagai anak bangsa paham bahwa itu semua adalah proses dan tidak ada yang berlangsung dalam sekejap, tetapi paling tidak pintudari sekian pintu-pintu yang ada akan bisa pahami, bukan pintu-pintu yang salah kaprah, yang akhirnya terjadi kebuntuan-kebuntuan.

Kita tengok sejenak dengan berbagai peristiwa yang terjadi di tanah air, sebut saja bencana alam dengan segala modelnya yang terjadi seketika. Lalu masalah KPK yang saat ini lagi pembicaraan hangat sampai-sampai seluruh elemen bangsa ini menaruh perhatian khusus dengan masalah yang melilit tubuh KPK itu sendiri. Sekarang bagaimana pemimpin negeri ini menyikapi masalah KPK ini yang sangat jelas terlihat barangkali ada semacam skenario dan tipudaya, padahal dengan intrik-intrik tersebut jelas sekali akan semakin terlihat drama-drama tersebut. Benang merahnya langsung terlihat untuk ditarik dari masalah tersebut bahwa memang ada energi-energi negatif yang dengan sengaja menginginkan agar KPK itu mati selama-lamanya.

Lebih lanjut dari itu, bahwa semua yang berbau kesejahteraan dan kemerdekaan bagi rakyat selalu terhalang oleh energi-energi yang ada dan bermain balik tirai. Sebuah kekuatan besar tapi semu yang tersembunyi secara rapih. Kalau begitu, tetap saya katakan energi-energi itu tetap negatif, karena bangsa ini masih jauh dari harapan yang dicita-citakan. Mereka sadar atau tidak dan lupa bahwa meskipun lakon-lakon itu disutradarai dari balik tirai justru yang mengamatinya juga tetap manusia-manusia yang ada di balik tirai, tentu ini sebagai penyeimbang dari semua skenario tadi.

Harapan saya terkhusus kepada Pak SBY –Boediono sebagai nahkoda bangsa ini bahwa semua itu masih manusiawi namun sampai kapan tataran manusiawi itu kita terus larut hingga lupa sebuah kekuatan terbesar dalam diri kita? Bisakah masuk sedikit kedalam kekuatan itu lalu menepis dan menghalau semua sifat-sifat manusiawi tadi? Memang sulit dan tidak semudah itu, tetapi dengan penuh kesadaran tinggi tidak ada yang sulit. Dengan demikian, semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya, tanpa ada hambatan. Yang perlu diingat, “rakyat” yang juga konstituenmu yang begitu simpatinya memilihmu untuk membawanya menuju perubahan dan kesejahteraan. Dengan demikian, bumi Indonesia beserta alamnya memberikan tasbihnya kepadamu sebagai pemimpin, sebagai tanda ridho dan berkahnya, serta manusia-manusia yang bercokol dibalik tirainya turut serta mendoakanmu dengan penuh keihklasan tanpa diminta. Saya harap semua bisa dengan kemauan dan niat yang kuat untuk memanifestasikan dalam amanah rakyat ini, jika tidak bangsa ini akan jalan ditempat dan jauh dari rahmat dan keberkahan. “Hanya Tuhan Semesta Alam Yang Maha Mengetahui”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun