Sudah ya, kita sudah tumpahkan air mata
Penyesalan dan kesalahan-kesalahan
Karena kepandaian dan kebodohan
Yang tidak kita sengaja dan yang telah diatur dalam persekongkolan
Kita sama-sama mengakui
Meskipun kedalamannya masing-masing yang tahu
Sebab tidak semua kita pandai berenang atau menyelam
Tapi sudahlah, air mata sudah tumpah.
Sudah ya, kita sudah ringan beban
Ijinkan aku terbang kembali
Ijinkan aku hinggap di ranting dan dahan hatimu
Juga bersarang dalam benakmu
Sekali waktu aku akan hinggap di Musyawarah Desa
Mencongkel-congkel pasir aspal dan sela-sela paving pembangunan jalan desa
Mungkin juga akan mematuk batok kepalamu
Karena ada kutu di dalamnya
Aku tak sedang mencari makan
Aku sedang mencari kehidupan
Yang terang-benderang
Yang tidak melukai perencanaan yang telah terbuka
Yang tidak memerosokkan para pejalan kehidupan
Yang tidak menusuk mata karena pandangan yang buram
Sebab betapa indahnya hidup benderang.
Sudah ya, kita akan naik tangga kehidupan
Kian tinggi kian hari
Kian kencang angin bertiup
Kita bangun kekuatan dengan tiupan-tiupan tajam
Atau kita akan jatuh terjerembab
Mungkin pada lembah yang paling kelam
Tapi aku yakin
Bukan itu maksud Penggiring Angin
Pasti penanda
Dia ada di puncak maupun di lembah
Dan kita dapat membacanya
Ketika kau ijinkan Dia bersemayam dalam hatimu
Ketika kita berada di puncak kehidupan.
Sudah ya, sesudah titik nol lebaran
Sesudah tumpah segala siksa
Sesudah lepas jabat tangan peluk dekap
Kita akan saling rindu
Seperti kita selalu rindu padaNya.
Djoglo Pandanlandung Malang
08/07/2016: 20.05
iman.suwongso@yahoo.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H