"Kenapa Pak?" Patmi tak mengerti.
"Hilang!"
"Dicopet?"
"Tidak sekedar dicopet, Pat. Dirampokl," Jamak melotot.
"Siapa, Pak?”
"Seorang laki-laki brewokan. Aku yakin ia telah merogoh tas ini, mengambil isinya."
"Berapa jumlahnya?”
"Hampir lima juta...."
"Astaghfirullah...."
Jamak menatap Patmi. Pikirannya melayang-layang. Suatu detik muncul wajah wanita lain di benaknya, menggelisahkannya sepanjang malam.
Patmi memandang Jamak tak berkedip. Ia tampak merasa iba. Air matanya mengalir. "Pak. Tak perlu dipikirkan berlarut-larut. Mungkin jamannya sudah begini. Memang sekarang banyak orang jahat yang menyamar jadi orang baik-baik. Tapi biarlah barangkali nasib kita begini. Barangkali kita juga punya salah yang harus dibayar begini."