"Ada apa ayo?"
"Anu Pak. Kemarin Imran anaknya Lek Ma'in itu sudah pamer baju baru. Katanya dibelikan di... di... di mana cak?"
"Malaysia."
"Juga sepatu baru. Tapi Bapak kok tidak membelikan kami. Besok sudah lebaran."
"Ayo! Anto! Nanang!"
"Biar Pat. Memang anak-anak."
Jamak merasa bersalah. Semestinya ia membelikan mereka oleh-oleh terlebih dahulu sebelum pulang. Semestinya ia tidak lupa.
"Pat. Kamu nanti ajak anak-anak ke pasar, belikan apa saja yang dimintanya. Sekalian kamu belanja untukmu, juga untuk selamatan. Jangan lupa beli kue lebaran. Kamu juga tukar uang receh untuk anak-anak yang gala-gampil besok," kata Jamak sambil melangkah ke kamar.
Jamak mengambil dompet di dalam tasnya, isinya akan diberikan kepada Patmi. Semua.
Tetapi Jamak sangat tercengang saat membuka dompet itu. Tatapannya nanar. "Pat! Pat! Astaga! Patmi!"
Jamak tidak percaya. la menghitung lagi uang itu. Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima ratus. "Astaga! Tinggal empat puluh ribu lima ratus, Patmi."