Aras dan Bara sedang mengerjakan soal-soal latihan ujian. Mereka sama-sama duduk di kelas enam. Aras merasa gembira ketika Bara mau belajar bersamanya. Karena selama ini Bara suka memusuhinya.
Ujian tengah semester lalu Bara menuduh Aras mencontek. Akibatnya Pak Dedi membatalkan hasil ujian itu. Untunglah saat ujian diulang nilai Aras tetap bagus. Sedangkan nilai Bara masih di bawah nilai Aras.
Aras sudah melupakan peristiwa itu. Dia dengan senang hati membantu Bara belajar. Dia juga meminjamkan alat-alat tulisnya kepada Bara. Buku latihan soal milik Aras dipakai berdua.
Namun, sesungguhnya Bara belajar bersama Aras memiliki tujuan lain. Ia memiliki rencana yang buruk. Pada try out nanti Bara tidak menghendaki Aras menjadi yang terbaik.
“Aku akan membikin dia tidak lulus!” pikir Bara. “Tapi, jangan sampai dia mencurigai rencanaku.”
Rencana Bara sangat rapi. Sehingga Aras tidak mengetahuinya. Waktu Bara menginap, Aras ikut memintakan ijin ke orang tua Bara.
Saat try out tiba, Bara datang lebih pagi. Dia tampak bercakap-cakap dengan Antok di depan kelas. Antok juga tidak suka kepada Aras. Karena Ayah Antok sering membandingkan dirinya dengan Aras.
“Kamu lihat nanti, Aras pasti dapat bebek.” Bisik Bara. Bebek maksudnya nilai dua.
“Wah, keterlaluan kamu Bara. Dapat kursi saja sudah bagus. Hi..hi...hi...” Antok cekikian. Dapat kursi artinya dapat nilai empat. “Tapi, apa rencanamu itu?”
“Waktu aku menginap di rumahnya, aku menukar pensil 2B miliknya dengan punyaku. Pensil 2B punyaku palsu. Aku membeli yang murahan di pinggir jalan.” Bara menjelaskan.
“Toss!” mereka saling bertepuk tangan kanannya di udara.