Mohon tunggu...
Iman Soleh
Iman Soleh Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Negara Maritim Terbesar dengan Nelayan Termiskin

12 November 2015   14:51 Diperbarui: 12 November 2015   15:40 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sekedar ilustrasi, mengutip hasil penelitian beberapa ahli perikanan bahwa potensi sumber daya perikanan laut Indonesia adalah 6.18 juta ton per tahun yang terdiri dari potensi ikan pelagis besar 975,5 ribu ton, ikan pelagis kecil 3,32 juta ton, ikan emersal 1.78 juta ton, ikan karang konsumsi 75 ribu ton dan cumi-cumi 28,25.

Selain potensi perikanan laut dengan panjang garis pantai terpanjang di dunia, pesisir pantai Indonesia  juga menyediakan lahan untuk budidaya dan marikultur yang cukup luas, yaitu sekitar 830 ribu hektar. Sampai dengan tahun 1994 baru termanfaatkan sekitar 300 ribu hektar. Selain itu jumlah nelayan atau orang yang terlibat dalam sektor perikanan juga meningkat yaitu 9.86% pertahun, pada tahun 1997 tercatat 3,7 juta nelayan. Sedangkan di bidang distribusi dan pemasaran ikan mencapai 6.5 juta pekerja.

Memang sangat terasa ironis, dengan potensi yang demikian besar, jika nelayan yang mendiami pesisir lebih dari 22% dari seluruh penduduk Indonesia justru berada dibawah kemiskinan dan selama ini justru terpinggirkan dalam pembangunan yang lebih mengarah kepada daratan. Secara geografis negeri ini adalah negara maritim yang beriklim tropis dan memilki sumber daya perikanan dan kelautan yang melimpah ruah. Tapi  justru selama ini, usaha kecil di bidang perikanan seperti menangkap ikan di laut dianggap usaha yang tidak layak diberi kredit, sehingga tidak ada lembaga keuangan dan perbankan yang percaya pada nelayan.

Kemiskinan nelayan ini pun mengundang perhatian, salah satunya tokoh masyarakat Hary Tanoesoedibjo yang merasa Indonesia merupakan negara yang memiliki laut terbesar di dunia malah mayoritas orang miskinnya berasal dari nelayan. Menurutnya pasti ada yang salah dari semua ini, entah dari sistem pemberdayaan perkinanannya atau pun adanya mafia-mafia yang bermain sehingga merugikan para nelayan.

“Apa yang dimiliki negara lain, juga dimiliki oleh Indonesia, namun, apa yang dimiliki oleh Indonesia tidak dimiliki oleh negara lain. Namun hal tersebut belum dikelola dengan benar,” kata Hary Tanoe seperti dikutip Okezone.com.

Pria yang akrab disapa HT ini mengatakan kalau dulu ada syair lagu yang mengatakan “bukan lautan tapi hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu” namun kenyataannya sangat berbeda. Nelayan yang siap mempertaruhkan nyawa ke tengah laut untuk menangkap ikan hanya bekerja untuk perusahaan besar saja, sedangkan mereka hanya menjadi buruh karena tidak punya kapal sendiri untuk pergi ke lautan untuk mencari ikan.

Ketua Umum Perindo ini menilai perlu adanya satu wadah untuk mengakomidir nelayan misalkan dalam hal permodalan atau bisa memberikan perahu gratis agar mereka bisa berlayar. Menurutnya kesejahteraan nalayan penting karena pamasukan negara di sektor hasil laut lumayan besar dan bayangkan jika sudah tidak ada orang yang mau menjadi nelayan maka negara juga akan mengalami kerugian.

Selain itu, menurut CEO MNC Group ini, mendorong nelayan untuk lebih sejahtera dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan khusus, sehingga pertumbuhan mereka bisa lebih cepat dibanding menengah atas. Salah satunya dengan memberikan akses modal yang murah dan mudah, pelatihan keterampilan dan perlindungan. Dengan cara seperti itu, kalangan menengah ke bawah ini bisa “naik kelas”.

Pada akhirnya, masyarakat tersebut akan bertransformasi menjadi penggerak perekonomian Indonesia. Semakin banyak penggerak perekonomian bangsa, maka semakin cepat Indonesia menjadi negara maju. Di sisi lain, kesenjangan akan menyempit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun