[caption id="attachment_83131" align="alignleft" width="300" caption="sumber gambar: google.com"][/caption] Kutiti ladang tempat bola mata menari Hingga luna purnama terdiam Sampai dua puluh tiga prominensa meredam Kupungut coklat kornea yang tergeletak tak bertuan Membasuhnya dengan air sungai tenang lalu kusimpan di saku-ku untuk kuhadiahkan :Padamu Kujejak hamparan lensa-lensa terindah Dari subuh yang masih basah Hingga hitungan hari yang tak lagi memiliki nama "matamu indah, sungguh' apa yang membuatku bergumam? *** "apa yang kau sembunyikan dibelakang tanganmu?' "sepasang kornea coklat, dan dua keping lensa biasa' hipnotis apa yg membuatku membuka hadiah2 yg kugenggam.. ... dan, kau menyihirku dengan bulir bulir bening :'andai bisa kutatap warnamu, andai mampu!'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H