Mohon tunggu...
Iman Ni'matullah
Iman Ni'matullah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Praktisi Bank Syariah & Aktifis Pusat Pelatihan Wirausaha

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tak Ada Poster Gubernur Narsis di China

1 Mei 2012   06:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pagi ini saya hanya dapat sarapan roti, telur asin, dan buah di hotel. Saya tidak berani makan yang lain. Jam 8 kami check out dari hotel. Kami membayar tarif hotel sebesar 600 Yuan atau sekitar 900 ribu Rupiah.

Kami mengunjungi pabrik pembuatan generator. Uniknya, security di pabrik ini tidak berseragam seperti polisi. Tapi mereka menggunakan kaos putih, celana komprang, dan sepatu seperti pendekar Kungfu di film-film. Tangannya kekar berkepala cepak.

Selepas kunjungan pabrik, kami menuju stasiun untuk naik kereta cepat ke Kota Qingdao. Kami tak terlalu terburu-buru seperti kemarin. Malah kami sempat foto-foto di terminal bus dekat stasiun. Terminal yang bersih dan tertib. Kami pun beli makanan di KFC untuk bekal perjalanan di kereta.

Waktu menunjukkan pukul 10.56. Kereta putih melesat dari stasiun menuju kota Qing Dao, dan Kami berada di dalamnya. Di televisi ditayangkan film Jacky Chan yang berperan menjaga anak-anak bule. Saya hanya melihat gambarnya. Karena filmnya berbahasa mandarin. Di belakang saya dua orang wanita bercakap-cakap dengan suara kencang tanpa saya pahami.

Saya mencoba ke toilet. Bersih sekali. Tak tercium bebauan yang tak sedap. Airnya keluar otomatis. Tapi tetap saja tak ada mekanisme berbilas dengan air. Itu saja yang membuat saya kecewa.

Angin sejuk dari pengatur udara dan sofa empuk yang ergonomis membuat saya tertidur. Berisiknya orang di belakang tak dapat mengalahkan bius kereta ini untuk melemparkan saya ke alam mimpi.

Mr. Gao membangunkan saya. Kita sudah sampai di Stasiun Qingdao. Dingin sekali di sini. Penunjuk suhu di stasiun menunjukkan angka 12 derajat. Saya langsung mengeluarkan jacket dari koper. Lumayan menghangatkan. Angin dingin membuat tangan saya seperti memegang es. Kaku.

"Bapak-bapak, saya pamit. Semoga perjalanan Anda menyenangkan. Tugas saya hanya sampai di sini. Nanti anda semua akan ditemani oleh Miss Song, dari perusahaan produsen turbin" Tiba-tiba Mr. Gao berpamitan pada kami. Kami kaget dan sejenak terbengong.

Kami sangat terkesan dengan sambutan dia. Begitu tulus melayani. Saya tahu dia punya kesibukan lain. Tapi dia fokus pada urusan kami. Menjawab semua pertanyaan. Membelikan tiket. Mendaftarkan nomor handphone. Melakukan chek-in hotel. Mengajak makan malam. Beginilah cara yang baik melayani konsumen. Bagaimanapun Mr. Gao adalah project manager di perusahaan kontraktor rekanan kami.

Mulai hari ini kami ditemani oleh Miss Song. Wanita berumur 30 tahunan. Kecil dan lincah. Seorang engineer di perusahaan kontraktor. Menggunakan blazer merah dengan rambut pendek. Matanya sipit dan jika tertawa semakin tak terlihat bola matanya.

Miss Song mengajak kami melihat-lihat proses pembuatan turbin untuk pembangkit listrik. Menjelaskan dengan rinci proses produksinya. Kami dilarang mengambil gambàr di sini. Mereka khawatir gambar kami dipublikasikan di internet. Iní masalah kerahasiaan teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun