[caption id="attachment_380267" align="aligncenter" width="624" caption="Lembar uang senilai 100.000 Rupiah (shutterstock)"][/caption]
Rupiah Makin Lemah. Hari ini kurs rupiah terhadap USD sudah melewati level supportnya di 12.230 - 12.275. Kurs hari ini sempat menyentuh 12,293. Ini adalah kali yang ke empat dalam setahun Rupiah berada di level support kuatnya. Praktis sepanjang 1 tahun sejak November 2013 kurs rupiah tidak mampu menekan USD hingga dibawah Rp 11.000,-. Biasanya USD jika menyentuh level ini akan mengalami resistense sehingga kembali melemah. Tapi kali ini beda. Harga 1 USD justru mulai mencoba melewati level support Rupiah dan belum ada indikasi rupiah akan menguat.
Pergerakan kurs rupiah ini juga mempertegas bahwa "JOKOWI EFFECT" yang pernah dihembuskan oleh pengamat dan analis saat kampanye Pilpres tidak pernah menjadi kenyataan. Kalau dalam panggung politik memang benar. Tapi di pasar uang tidak terjadi.
Rumours bahwa rupiah pasti menguat setelah pengumuman kabinet dan kenaikan harga BBM juga tidak benar. Pasar justru bereaksi negatif pada hari pertama pengumuman kabinet minggu tgl 26 Oct. Pada hari senin ( 27 Oct ) USD langsung melonjak ( gap up ) hingga 12,213 dari kurs sebelumnya 12,052. Naik lebih dari 150 basis point. Begitu pula saat bereaksi atas kenaikan harga BBM.
Pemerintah dan rakyat harus realistis. Kurs USD jangan dianggap remeh. Ini adalah cermin fundamental ekonomi. Beda dengan IHSG yang disana ada faktor bandarmology. Menkeu dan Gubernur BI jangan menutup-nutupi keadaan dengan mengatakan bahwa fundamental kita masih kokoh. Jika kurs USD terus menerus berada diatas Rp 12,000,- maka beban ekonomi kita sangat berat. Sebagian besar komponen ekonomi kita dihitung dengan USD. Sementara neraca perdagangan selalu minus. Dan kita tau salah satu alasan kenaikan harga BBM adalah tingginya kurs USD. Rakyat akan semakin menderita dengan kondisi moneter yg seperti ini.
Kita tidak boleh menyalahkan kondisi makro ekonomi dunia yang membuat Rupiah jadi seperti ini. Melemahnya rupiah sudah terjadi sejak Agustus 2011 dan kurs sekarang adalah kurs tertinggi USD terhadap rupiah. Hal ini berbeda dengan kurs mata uang negara tetangga dimana menguatnya USD masih jauh dibawah kurs tertinggi USD sebelumnya. Melemahnya Rupiah ke level saat ini sepenuhnya karena faktor fundamental ekonomi kita. Bulan Desember adalah bulan dimana USD terhadap Rupiah cenderung menguat. Jika saat ini saja level support kuat Rupiah sudah terlampaui , besar kemungkinan pada akhir tahun nanti USD sudah mendekati Rp 13,000,-. Dan jika tahun 2015 nanti The Fed jadi menaikkan suku bunganya , maka Rupiah akan makin terpuruk. Beban ekonomi rakyat akan semakin berat.
Pemerintah harus segera mengambil keputusan untuk mengantisipasi kemungkinan resesi ekonomi. Hingga saat ini presiden Jokowi belum menentukan langkah-langkah efisiensi. Semua masih dibiarkan berjalan apa adanya. Apakah kita masih yakin bahwa keuangan negara masih aman ? Apakah dengan menaikkan harga BBM perekonomian langsung membaik ? Tidak semudah itu. Apa yang terjadi saat ini adalah akibat kesalahan yang diperbuat pada masa lalu. Harus ada langkah yang jelas untuk mengantisipasi dampak kesalahan tsb di masa kini. Memang Jokowi mewarisi kondisi keuangan dan perekonomian yang terlanjur amburadul. Namun masa lalu tidak bisa disalahkan dengan membiarkan keadaan yang sama terus terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H