Sayup-sayup terdengar suara tangis yang tertahan. Suma, minibus berwarna merah, mengerjap-ngerjapkan matanya. Telinganya tegak untuk mempertajam pendengaran.
Hari masih gelap, belum ada cahaya matahari yang menerobos melalui jendela rumah. Hanya ada temaram lampu kecil dari sebuah lemari kaca dua pintu penuh mainan. Satu sisi lemari berisi mainan dari kayu dan plastik serta tumpukan puzzle. Sedangkan sisi yang lain berisi mobil-mobilan berbagai jenis dan ukuran. Dua rak pertama berisi mobil-mobil kecil seukuran genggaman tangan. Sedang rak paling bawah berisi mobil yang lebih besar.
"Suara siapakah yang sesenggukan dipagi buta begini ?" gumam Suma sambil melirik sekitar. Dilihat kawan-kawannya masih pulas. Odi, backhoe warna kuning meringkuk di pojok, sementara Sata,lokomotif kereta hitam mulai menggerak-gerakkan badannya. Suma menoleh kebelakang, kemudian memicingkan matanya. Di dekat pintu lemari kaca itu biasanya Tako sang dumptruk biru berada. Tapi bayangan hitam di depannya berbeda, seperti bukan Tako.
Byar! Tiba-tiba lampu ruangan menyala. Rupanya Ken, anak lelaki setinggi 110cm sudah bangun. Gemericik air menandakan Ken sedang mengambil air wudhu.
Kali ini Suma bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di depannya. Benar , bukan Tako !
"Odi, bangun ! Tako hilang !" Suma berusaha membangunkan Odi dengan menabrakkan bemper depan busnya. Odi hanya membuka mata sebentar, kemudian membalikkan badan backhoenya sehingga membelakangi Suma.
Kemudian Suma bergeser kea rah Sata, dibukanya kaca depan lokomotif paling tua itu. Iya, Sata adalah yang paling lama tinggal di kamar Ken. Sata adalah mainan Ken sejak umur 1 tahun. Empat gerbong kereta Sata sudah rusak. Namun Ken masih menyimpan lokomotif Sata.
"Tidakkah ini terlalu pagi, Suma? Kenapa engkau berisik sekali?" Ucap Sata dengan mata masih terpejam.
"Sudah lepas Shubuh Sata. Dan yang lebih penting, Tako hilang !"
"Hallah, paling Ken lupa meletakkan Tako di atas meja belajar. Dia kan sering begitu."
"Tidak ada, Sata." Suma gemas lalu menabrakkan bodi bus belakangnya kea rah Sata. "Buka matamu, di meja tidak ada Tako!" Sata beringsut sambil melebarkan kelopak matanya.