Mohon tunggu...
iman firdaus
iman firdaus Mohon Tunggu... -

Lahir di Bandung dan kini tinggal di Jakarta. Selain nonton wayang dan naik sepeda, menulis jadi hobi sekaligus pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pantaskah Mengumumkan Postur Kabinet Sambil Cengengesan?

16 September 2014   22:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:30 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tulisan ini bukan untuk menghakimi presiden terpilih Joko Widodo saat mengumumkan postur kabinetnya kemarin sore (15/9). Tapi sebagai pembuka untuk diskusi lebih jauh tentang kepantasan pemimpin saat bicara hal-hal penting.  Saya menyimak di televisi, saat membacakan postur kabinet yang akan diisi para menterinya, Jokowi tampak rileks. Saking rileksnya, beberapa kali dia bericara sambil cengar-cengir alias cengengesan. Beberapa orang yang berada di sampingnya, seperti Jusuf Kalla, Anies Baswedan dan orang dari tim transisi hanya senyum dikulum. Pantaskah mengumumkan postur kabinet sambil cengengesan? Saya tidak bisa memberi jawaban pasti, karena tergantung budaya dan sudut pandang.

Tapi di budaya timur, ada kebiasaan yang dijaga dan dipatuhi hingga saat ini soal itu. Misalnya, saat berbicara dengan orang tua atau orang yang dituakan tidak boleh cengengesan. Begitu juga ketika hadir di acara kematian, sangat tidak sopan untuk cengar-cengir apalagi di depan keluarga yang ditinggalkan. Dan yang tak kurang penting adalah saat berbicara atau pidato untuk hal-hal yang penting, juga sangat disarankan untuk menjaga bibir agar tidak ketawa ketiwi tidak perlu. Ini untuk menghormati audiens atau orang yang hadir bahwa apa yang dibicarakan bukan perkara main-main.

Jokowi memang tumbuh dalam budaya rakyat kebanyakan, bukan monarki yang sangat kuat dengan soal tatakrama saat bicara. Tampak dia bicara apa adanya dan ceplas-ceplos ditambah, itu tadi, sambil cengengesan.  Bagi sebagian orang pasti  tidak masalah, malah mungkin, dianggap sebagai simbol kedekatan dengan rakyat. Tapi bagi sebagian orang, pasti dinilai berbeda. Setidaknya menimbulkan kesan main-main dan tidak menghargai rakyat yang sedang menyaksikan.

Yang lebih parah lagi, acara itu tidak dipandu oleh moderator atau apapun namanya. Akibatnya, banyak pertanyaan wartawan jadi  teriakan-terikan tidak jelas. Dan Jokowi pun terkesan menjawab sekenanya. Mungkin dia jawab yang jelas ke telinganya saja. Untuk acara sekelas calon pemimpin 240 juta rakyat, yang disaksikan jutaan penonton, apa cukup diselenggarakan ala kadarnya? Lagi-lagi saya menduga,  mungkin ini gaya merakyat juga.

Tapi kalau menyaksikan gaya Presiden AS  Barack Obama (maap harus mengambil contoh Amerika), meski pun sering tampil informal dan rileks, tetap saja dalam pengumuman-pengumuman penting sangat menjaga wibawa dan kepantasan dalam berbicara.  Tapi mungkin, lain pemimpin lain gaya. Jokowi punya gaya tersendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun