Mohon tunggu...
Imananda Arifanny
Imananda Arifanny Mohon Tunggu... Administrasi - Content Writer

Not impress people, just wanna inspire them!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Beratnya Menjadi "Frugal Living" di Tengah Masyarakat Pecinta Hedonisme

16 Februari 2019   14:10 Diperbarui: 16 Februari 2019   14:10 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat sedang asyik mengintip beranda media sosial, banyak teman yang saya ikuti mengunggah gambar yang kurang lebih serupa. Foto makanan mahal yang dibelinya di restoran yang harganya setara dengan sekarung beras ukuran 25kg, foto tiket pesawat kelas bisnis dengan tujuan ke benua Eropa, hingga parfum merk tertentu yang memang terkenal mahal pun difoto dan diunggah. Saya sampai heran, mengapa unggahan orang jaman sekarang lebih lekat kepada konsep hidup hedonisme?

Hedonisme atau lebih sering disebut hedon, adalah cara hidup seseorang yang merujuk pada kebiasaan tidak sayang uang alias boros, foya-foya dan umumnya dianut oleh para pleasure seeker (pencari kesenangan, yang penting happy) tanpa mempertimbangkan segi finansial.

Dominasi kelompok hedon ini ada di semua kalangan masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi lingkungan sosialnya untuk juga masuk ke dalam kebiasaan yang sama. Disinilah letak kesulitan seorang yang ingin hidup frugal untuk tetap berada dalam prinsip frugal living yang dia jalani. 

Frugal berarti hemat, lebih condong berhati-hati dalam pengeluaran, mempertimbangkan mana kebutuhan dan keinginan, namun bukan berarti pelit dan terlalu perhitungan. Para pelaku frugal living ini masih bisa menikmati hidup dengan nongkrong-nongkrong cantik di caffe, atau restoran fine dining sekalipun tanpa jebol di kantong karena mereka lihai mengatur keuangan.

Seringkali seorang penganut frugalisme dipandang pelit oleh pecinta hedonisme, karena memang kebiasaan mereka kontras berbeda. Padahal maksud si frugal squad ini hanyalah ingin mengefisienkan penggunaan uangnya agar tidak sampai keteteran atau bahkan kecolongan dengan punya tagihan hutang dimana-mana. 

Jadi bisa dipastikan bahwa musuh terbesar pelaku frugal living adalah kartu kredit, sedangkan bagi si hedon kartu kredit adalah sahabat yang bisa menolong hasratnya untuk belanja apapun dengan pembayaran belakangan, dipikir nanti saja, yang penting happy. Mengerikan bukan? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun