Perang melawan Covid-19 masih terus berkecamuk. Bala tentara virus corona-19 masih terus mengamuk. Siapapun saja, bisa diseruduk. Siapa yang tak kuat, jatuh ambruk.
Virus Covid-19 menyerbu Indonesia pada bulan Maret 2020 yang lalu. Korban meninggal dunia sudah tembus 100 ribu orang dalam waktu 1,5 tahun. Seberapa mengerikan angka 100 ribu korban meninggal itu bagimu?
Coba bandingkan dengan jumlah korban tewas selama 5 tahun perang Diponegoro (1825-1830) yang mencapai sekitar 200 ribu orang. Bagi Belanda, perang Diponegoro adalah salah satu perang terbesar yang sangat mengerikan.
Bagimu, mungkin jumlah korban Covid-19 yang sudah tembus 100 ribu orang bukanlah suatu angka yang mengerikan. Tapi, bagaimana perasaanmu kalau seandainya setiap hari satu pesawat terbang jatuh di Indonesia dan menewaskan semua -- anggap saja 200 orang -- penumpangnya? Â Kalau itu yang terjadi, maka jumlah korban tewas karena pesawat jatuh selama 1,5 tahun adalah relatif sama dengan jumlah korban meninggal karena Covid-19. Kalau sudah begitu, seberapa berani kamu akan naik pesawat?
Pandemi Covid-19 tidak boleh dianggap enteng. Sedikitpun tidak boleh kita meleng, apalagi virus corona tak henti-hentinya menyerang. Tapi kita bisa lawan dengan menggunakan strategi perang.
Strategi perang? Ya, kita harus gunakan strategi perang kalau mau menang melawan Covid-19. Tapi strategi perang yang bagaimana?
Kalau kamu mau tahu strateginya, yuk ikuti terus tulisan saya ini. Pelan-pelan saja bacanya, tapi sampai ke titik paling akhir. Oke?
= = =
Tadinya saya bertanya kepada diri sendiri, kenapa Presiden Joko Widodo menempatkan seorang jendral bintang tiga aktif sebagai Kepala Satgas Penanggulangan Covid-19? Petama, Letjen TNI Doni Monardo. Kemudian, Letjen TNI Ganip Warsito menggantikan Letjen TNI Doni Monardo yang memasuki masa pensiun per 1 Juni 2021. Apakah kita sedang berperang?
Tentu ada sebab dan latar belakangnya sehingga Presiden Joko Widodo dengan sigap membentuk lembaga Satgas Penanggulangan Covid-19 dan menunjuk Kepala BPNB yang seorang perwira TNI aktif sebagai kepala dari lembaga baru tersebut. Tapi tulisan saya ini bukan untuk menganalisa keputusan presiden kita itu. Saya gak punya kompetensi untuk menganalisa keputusan presiden. Heheeheee....