Mohon tunggu...
Lukman Hamarong
Lukman Hamarong Mohon Tunggu... Administrasi - Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika "Kartini" Bertasbih

23 April 2017   14:40 Diperbarui: 23 April 2017   23:00 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Indah Saat Salat Subuh Berjamaan di Sebuah Desa

Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani dalam setahun kepemimpinannya bersama Wakil Bupati Muhammad Thahar Rum, lebih mengedepankan nilai-nilai religiusitas dalam setiap derap langkah pembangunannya. Kenapa pemerintah harus concern terhadap wilayah religi yang sudah menjadi area privasi masyakarat? Karena pemerintah punya tanggung jawab yang besar dalam mengarahkan anak panah pembangunan supaya tepat menyentuh kalbu masyarakat, sehingga senantiasa terbungkus selimut keimanan dalam diri setiap manusia.

Berbagai program bernuansa religi kini mulai nampak terbangun di setiap sudut kota hingga ke pelosok-pelosok desa. Pemasangan umbul-umbul Asmaul Husnah, pemasangan spanduk-spanduk ajakan salat berjamaah di masjid, program salat subuh berjamaah, zikir serentak di seluruh desa, dan program pengajian bulanan pemerintah bersama majelis taklim di setiap desa adalah bagian dari upaya pemerintah dalam mereligikan masyarakatnya karena ketika nilai-nilai religi itu sudah terbangun secara sistematis dan massif, maka kekuatan Ilahi akan memggerakkan Luwu Utara menjadi sebuah daerah yang senantiasa bertasbih dalam naungan cahaya Ilahi.

Indah Putri sebagai pucuk pimpinan tertinggi di Luwu Utara menjadi motor penggerak  sendi-sendi religiusitas tubuh bernama Luwu Utara. Dia adalah Kartini Masa Kini yang punya segudang ide cemerlang dan sejuta inovasi. Ibarat oase di padang pasir, dia tampil di depan bertasbih memberikan sentuhan riligi, mengarahkan kemudi di jalan yang benar agar tak tersesat.

Berikut kutipan surat Kartini: "Di langit tiada awan yang selamanya gelap. Demikian pula tiada sinar matahari yang memancarkan sinarnya secara terus menerus. Dari malam yang gelap gulita, kerap kali lahirlah pagi yang teramat indahnya. Dan itulah pelipur hati saya. Tiap  hari kita panjatkan doa kepada Tuhan. Semoga kita dikaruniai kekuatan!" (Lukman Hamarong)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun