Mohon tunggu...
Lukman Hamarong
Lukman Hamarong Mohon Tunggu... Administrasi - Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ramadan dan Sepak Bola Kembali Berjodoh. Bagaimana Kita Menyikapinya?

3 Juni 2016   21:04 Diperbarui: 3 Juni 2016   21:14 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi sebagian orang, Ramadan dan Sepak Bola, adalah dua hal berbeda alias paradoks. Ramadan murni kepada aktualisasi ibadah suci dan proses interaksi antara manusia dengan Tuhannya dalam rangka menggapai derajat taqwa yang setinggi-tingginya. Sementara sepak bola lebih kepada pendekatan hiburan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat melalui seni mengolah si kulit bulat (bola) demi memuaskan penonton dalam rangka menggapai prestasi yang sebanyak-banyaknya. Meski berbeda, bukan berarti mereka tidak bisa berjalan seiring dan seirama. Tahun demi tahun, panggung kolosal tersebut selalu dihelat di bulan yang sama, tidak terkecuali tahun ini.

Juni 2016 adalah panggung di mana dua even kolosal, Bulan Suci Ramadan dan Sepak bola Piala Eropa, akan menyapa manusia di muka bumi. Jika Bulan Suci Ramadan lebih spesifik menyapa umat muslim di seluruh dunia pada 6 Juni, maka Piala Eropa akan memanjakan mata umat manusia di berbagai belahan bumi mana pun pada 10 Juni tanpa memandang apa agamanya, sukunya dan rasnya.  Terlebih UEFA, pemilik hajatan Piala Eropa, tidak sendiri menggelar turnamen akbar tersebut. Adalah Copa America Centenario juga akan memancarkan sinarnya tersendiri pada 4 Juni. Copa America menyingkap tabir June’s Festives, kemudian Ramadan, lalu disusul Euro. Berada di tengah-tengah dua even sepak bola menjadikan Ramadan sebagai The Special One.

Lengkap sudah keistimewaan Bulan Juni. Segala privilese yang lahir dari even kolosal berdurasi kurang lebih sebulan ini akan kita jalani dengan meriah dan penuh gembira. Tetapi satu catatan paling urgen yang mesti kita waspadai adalah jangan sampai ibadah suci kita rusak oleh aktivitas menonton bola, sehingga yang kita dapatkan dalam berpuasa hanyalah lapar dan dahaga semata. Tak ada value suci dalam mencapai derajat taqwa seperti yang dijanjikan ALLAH Swt dalam Surah Al Baqarah ayat 183; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”.

Jangan terlena, kawan. Meski Ramadan kembali berjodoh dengan sepak bola, tetapi di sinilah letak ujian sesungguhnya. Bahwa aktivitas menonton sepak bola akan menjadi kerikil ujian. Suka tidak suka, bagi penggila bola seperti  saya, akan menghadapi  ujian seperti itu. Coba kita lihat, sebagian besar tayangan langsung Piala Eropa dan Copa America bertepatan dengan ibadah inti Ramadan. Di saat kita taraweh, siaran langsung Piala Eropa kick off hingga menjelang pagi. Di saat kita sahur, siaran langsung Copa America akan memulai sepak mulanya. Nah, bagaimana seharusnya kita menyikapi ini?

Nabi Saw menyambut datangnya Ramadan selalu dengan hati yang gembira dan meriah. Beliau memandang Ramadan sebagai tamu agung yang harus dilayani dengan meriah dan semarak. Memeriahkan malam-malam dengan ibadah qiyamul lail, dan menyemarakkan masjid dengan amaliyah Ramadan. Intinya, setiap waktu adalah ibadah dan harus diisi dengan ibadah pula, sehingga pada malam penganugerahan 1.000 bulan, kita yang beruntung mendapatkan nobel penghargaan tersebut. Siapa yang tak ingin mendapatkan nobel tersebut. 11 bulan kita menunggu datangnya Ramadan dengan penuh tanda tanya, apakah rangkaian bilangan umur yang kita lalui itu, kembali merestui perjumpaan kita dengan tamu agung tersebut.

Apakah kehadiran festival sepak bola akan menjadi batu sandungan guna meraih derajat taqwa di bulan suci ramadan? Tergantung manusianya. Olehnya itu, sucikan hati, bersihkan jiwa, dekatkan hati pada sang pencipta, kemudian jadilah manusia yang penuh tanggung jawab, baik di dunia maupun akherat. Sambut tamu agung dengan hati senang, semarakkan dengan amaliah ramadan dan meriahkan masjid-masjid dengan salat malam. Intinya, berlomba-lombalah mengejar kebaikan di bulan suci. "Siapa yang bangun (menyemarakkan malam-malam) Ramadan karena iman dan mengharap ridha Allah, pasti akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." Betapa mulianya bulan suci.

Lantas bagaimana umat muslim yang gemar menonton bola menghadapi glamour-nya pesta sepak bola di Benua Eropa dan Amerika? Apakah harus melupakan hajatan empat tahunan tersebut untuk fokus dan khusyuk beribadah di bulan suci?  Yakin dan percaya, Allah Swt tidak akan memberikan ujian kepada hambaNya di luar batas kemampuannya. Manusia dibekali akal dan pikiran untuk menyortir perilaku antara pahala dan dosa. Olehnya itu, segerakan ibadah, jangan ditunda-tunda, berkomunikasilah denganNya melalui salat dan doa. 

Setelah itu, luapkan hasrat menonton bola dengan tetap memperhatikan waktu-waktu salat, dan tetap bertadarrus. Hablumminallah wa hablumminannas. Hubungan kepadaNya tetap harus ditempatkan pada tempat yang tertinggi dengan tidak melupakan hubungan kepada sesama dan lingkungan sosial lainnya. Manusia juga butuh hiburan, dan hiburan terbaik menurut saya adalah menonton bola karena dengan sepak bola, semua punya selebrasi dan semangat yang sama. 

(Lukman Hamarong)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun