Murid Melawan Guru
Fenomena murid melawan guru mungkin sebuah pemandangan yang jamak terjadi di negeri ini. Ketika seorang murid tidak puas terhadap gurunya, maka tindakan anarkistis mungkin menjadi jalan terakhir yang akan dia tempuh, sehingga terjadilah pertikaian tidak sehat antara murid versus guru. Guru adalah orang tua murid di sekolah. Pun sebaliknya, murid adalah anaknya guru di sekolah. Sudah seharusnya guru bijak terhadap murid, dan murid harus menghargai dan menghormati guru di sekolah. Adalah salah ketika keduanya terlibat masalah.
Nah, bagaimana ketika fenomena murid melawan guru kita giring ke ranah sepak bola? Maka seabrek cerita dan berita tentang persaingan antara murid dan guru bisa kita jadikan referensi argumentasi terhadap kondisi blantika persepakbolaan dunia. Kalau pada pembukaan tulisan tadi saya mengatakan pertikaian antara murid dan guru adalah tidak sehat, maka pertikaian yang kedua ini malah sebaliknya, sehat dan bermanfaat, tentunya bagi kita yang mengklaim sebagai penikmat sepak bola sejati.
Ya, murid dan guru di dunia sepak bola adalah representasi dari pelatih sepak bola yang pernah menjalin kerja sama di sebuah klub yang sama, kemudian berpisah, lalu kembali bertemu di dua klub yang berbeda. Fenomena ini acapkali kita jumpai. Dan di sinilah letak keistimewaan sebuah olahraga bernama sepak bola. Kita tidak usah jauh-jauh menarik fakta yang terjadi pada masa terdahulu, tetapi di depan mata kita bakal tersaji persaingan antara murid melawan guru.
Menyebut nama Louis van Gaal (LvG) tentu telinga kita tidak asing mendengar nama Meneer yang satu ini. Eks Pelatih Timnas Belanda tersebut punya torehan prestasi yang hebat di tingkat klub. 18 tahun yang lalu, LvG menukangi salah satu klub raksasa bernama Barcelona. Dengan racikan sepak bola indah, Barca dibawanya menjadi juara La Liga dua musim berturut-turut, 1997/1998 dan 1998/1999. Mau tahu siapa asisten LvG kala itu? Jose Mourinho orangnya. Nama terakhir ini sudah sangat familiar di telinga kita. Berkat polesannya, dua gelar Liga Champions dia berikan kepada Porto dan Inter Milan.
Nah, saat English Premier League menggelar karpet merah di Matchday ke-33, kedua pria beken tersebut bakal bentrok dengan membawa bendera yang berbeda. LvG dengan bendera merah bersama panji Manchester United, sementara Mou dengan bendera biru khas Chelsea. Boleh dikata pertarungan ini antara murid melawan guru. 18 tahun silam mereka bahu-membahu mebantu Barca meraih kemenangan. Kini mereka berdua berpisah dan akan bentrok satu sama lain. LvG adalah seorang guru dan Mou adalah muridnya. Guru dan murid ini saling menghormati di luar lapangan, tetapi di dalam lapangan, mereka akan bersaing menjadi yang terbaik.
Patut kita cermati bahwa sudah bukan rahasia lagi kalau sang murid adalah seorang yang selalu meledak-ledak, terkesan arogan, selalu sinis kepada rival jika melontarkan sesuatu dari mulutnya, kesannya selalu mengajak rival perang mulut di media. Namun, sikap minor tersebut akan berubah drastis menjadi lebih bijak, kalem dan penuh penghormatan jika dirinya diperhadapkan kepada sang guru, LvG. Sebuah teladan yang patut dicontoh karena Mou sangat menghormati gurunya itu. Karena berkat tangan dingin LvG, Mou bisa berkembang menjadi pelatih jempolan dengan sederet gelar yang ia persembahkan kepada semua klub yang ia tangani. Kesuksesan itu tidak lepas dari pengaruh sang guru di klub Barcelona dulu. Ibarat kata pepatah, buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya.
Nah, partai seru yang melibatkan MU versus Chelsea akan menjadi penentu apakah Chelsea sanggup bertahan di puncak, ataukah MU bakal mengganggu dan merusak ambisi Chelsea yang terus berjuang mempertahankan posisi puncak sejak Matchday ke-1 hingga ke-33. Untuk urusan yang satu ini, sang murid, Mou, tentu tidak mau kalah dari sang guru. Mou pasti mafhum bahwa urusan sepak bola tidak ada hubungannya dengan perasaan permisif kepada gurunya. Dirinya sebagai murid tidak akan mengizinkan gurunya merusak ambisinya membawa Chelsea menjadi kampiun EPL 2014/2015. Kita lihat saja pertarungan murid melawan guru malam ini. Don’t miss it.... (Lukman Hamarong)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H