Mohon tunggu...
Lukman Hamarong
Lukman Hamarong Mohon Tunggu... Administrasi - Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Mencibir Penguasaan Bola Sama Saja Mencibir Sepakbola

29 April 2014   21:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:03 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sejatinya, sepak bola tercipta karena adanya keinginan publik akan sebuah hiburan yang menyenangkan, yang mampu merubah suasana sedih menjadi gembira. Sepak bola itu ditinjau dari sisi hirtorisnya adalah sebuah permainan untuk menghibur manusia lainya. Belakangan baru muncul yang namanya hadiah dalam bentuk trophy atau piala. Hadiah berupa piala terhadap tim yang mampu menciptakan gol lebih banyak. Nah, hiburan di lapangan bisa tercipta ketika ada pesta gol di dalamnya lewat sebuah permainan yang indah. Karena tujuan utama dari permainan sepak bola adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya, maka tidak ada tujuan lain kecuali menciptakan gol lebih banyak lewat permainan yang cantik. Lawan boleh mencetak gol dua-tiga ke gawang kita, asalkan kita bisa mencetak gol lebih banyak dari itu. Sepak bola adalah menyusun serangan, bukan membangun tembok. Itulah sesungguhnya sepak bola; mencari gol, bukan mencuri gol.

Strategi memang mutlak diperlukan untuk membuat bingung lawan. Namun, strategi dalam sepak bola adalah bukan strategi negatif dengan menumpuk pemain di depan gawang. Tidak ada larangan memang, sepanjang tidak keluar dari bingkai regulasi yang sudah ditetapkan FIFA, maka itu sah. Namun, sepak bola sejati adalah sepak bola yang ingin menyerang, dan berusaha menguasai jalannya permainan. Bermain pragmatis hanya akan “menyakiti” pihak lawan.

Master penguasaan bola, Barcelona, sudah mampu menaklukkan Eropa, bahkan dunia. Gelar Liga Champion dan Piala Dunia Antarklub adalah bukti sepak bola kembali ke marwah sesungguhnya. Ya, sepak bola punya harga diri dalam bentuk sepak bola menyerang dengan penguasaan bola yang sebanyak-banyaknya. Menguasai bola berarti peluang mencetak gol lebih terbuka, dengan catatan lawan bermain terbuka dan meladeni sepak bola menyerang. Ketika dua tim bermain terbuka, maka sudah dipastikan, akan ada “thriller” di dalam lapangan. Pesta gol akan memuaskan penonton, terlepas siapa menang, siapa kalah.

Tidak akan ada yang tersakiti. Pemain puas, pelatih puas, penonton pun puas, baik itu penonton di dalam stadion, maupun penonton layar kaca. Mereka semua puas. Kalah terhormat, menang bermartabat. Kalau semua itu tercipta, maka sepak bola sudah berjalan di track sesungguhnya. Sepak bola pragmatis hanya akan “merusak” marwah sepak bola itu sendiri. Sudah pasti banyak yang akan tersakiti. Tentu kita masih ingat kegagalan Barca melaju ke final akibat ditelikung sepak bola negatif yang diperagakan Chelsea di panggung UCL 2011. Setali tiga uang, ketika Inter-nya Mourinho menghadang laju Barca ke final Liga Champion 2010. Lebih terhormat kalah dengan skor besar dari hasil permaianan menyerang, daripada menang minimalis dari hasil permainan pragmatis.

Nah, sebentar malam atau pagi dini hari nanti, master tiki-taka, Pep Guardiola, akan memimpin anak asuhnya dalam pertarungan hidup-mati kontra Real Madrid. Seperti yang sudah kita ketahui, pada bentrokan pertama di Santiago Bernabeau, Bayern Munich, klub yang dilatih Pep, harus kalah secara menyakitkan akibat lawan menerapkan sepak bola negatif. Prosentase 72% berbanding 28%menggambarkan ketidakseimbangan dalam permainan tersebut. Meski cuma menguasai 28% penguasaan bola, Madrid berhasil mencuri sebuah gol berharga. Modal ini akan dibawa Madrid ke kandang Munich, Allianz Arena. Nah, pertanyaannya kemudian adalah apakah Madrid tetap bermain aman seperti pada leg pertama untuk memuluskan langkahnya ke final Liga Champion? Apakah Madrid akan kembali memarkir “bus” di depan gawang, atau malah kereta api?

Tidak sedikit yang mencibir sepak bola menyerang yang dibawa Pep ke Munich. Bahkan orang paling dihormati di Munich, Franz Beckenbauer, mengkritisi taktik super ofensif Guardiola. Dia beranggapan bahwa sepak bola dengan penguasaan bola yang tinggi hanya akan menghabiskan energi jika gol yang ditunggu tak kunjung hadir. Dia juga mengatakan, Munich bermain hanya ingin menguasai bola, tidak untuk mencetak gol. Der Kaizer lupa, untuk mencetak gol, maka kuasai bola terlebih dahulu. Kenapa bola tak kunjung menemui sasarannya? Karena Madrid memeragakan sepakbola “negatif” dengan menumpuk seluruh pemain di depan gawang sembari menunggu lawan lengah untuk mencuri gol. Taktik super defensif inilah yang membuat Munich kesulitan mendapatkan gol. Andaikan Madrid mau meladeni Munich, saya kira cerita di Benabeau akan indah buat Munich.

Cibiran terhadap sepak bola menyerang datang dari orang-orang yang berpikiran pragmatis, dan itu yang membuat seorang Pep Guardiola harus membalas kritikan itu dengan berusaha tetap pada taktik yang ia peragakan di leg pertama. “Kami akan mencoba mengendalikan permainan dengan penguasaan bola, karena hal yang terpenting di dalam sepakbola adalah bola itu sendiri,” Begitu jawaban Pep atas cibiran orang terhadap strategi tiki-taka yang ia bawa ke Munich. Mencibir sepak bola menyerang sama saja mencibir sepak bola. Esensi sepak bola adalah menyerang dan mencetak gol sebanyak-banyaknya. Itulah kepuasaan sejati ketika melihat gol demi gol tercipta di lapangan, walaupun pada akhirnya kemenangan belum berpihak. (Lukman Hamarong)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun