Mohon tunggu...
Lukman Hamarong
Lukman Hamarong Mohon Tunggu... Administrasi - Sangat sulit menjadikan aku seperti kamu, karena aku adalah aku, kamu ya kamu

Mengalir seperti air

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

17 dan 71

16 Agustus 2016   21:08 Diperbarui: 17 Agustus 2016   03:51 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Angka dan usia tak bisa dipisahkan, selalu berjalan beriringan ibarat sepasang suami-istri. Angka adalah sebuah bilangan yang akan terus mengalami permutasi dari waktu ke waktu, dan usia itu tentu berbicara tentang angka demi angka. Meski demikian, usia bukan hanya sekadar angka, age is just a number. Ada makna tersirat di setiap bilangan angka pada sebuah usia. 

Seseorang yang merayakan hari lahirnya pasti merasa bahagia karena diberi umur panjang oleh Sang Maha Pencipta. Dan saat merayakan ulang tahunnya yang ke-17, seseorang merasa paling istimewa, karena usia 17 tahun adalah fase terindah dalam hidup seseorang. Pada fase tersebut seseorang mengalami perubahan fisik, sikap, dan mental yang mengonfirmasi adanya peralihan status dari remaja ke dewasa. Itulah kemudian muncul istilah “sweet seventeen”. Bagi masyarakat modern, apalagi yang berfulus tebal, perayaan hari lahir adalah kewajiban.

Nah, bagaimana dengan perayaan hari jadi sebuah daerah dan negara? Setali tiga uang. Selalu ada perayaan yang meriah. Berbagai atraksi kegiatan yang dikemas dalam bentuk perlombaan sebagai bagian dari pra-perayaan HUT akan digelar dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Keterlibatan masyarakat mutlak harus dilakukan karena daerah dan negara adalah rumah rakyat yang mempunyai keterikatan aturan yang dikelola secara hierarki dalam sebuah sistem pemerintahan. 

Di sinilah urgensi perayaan hari jadi sebuah daerah dan negara. Rakyat adalah penghuni terbesar dari rumah bernama Republik Indonesia, dan pemerintah, sebagai instrumen penting dalam republik ini, wajib memberikan ruang yang sebesar-besarnya kepada mereka untuk terlibat dalam euforia kerakyatan.

HUT tanpa pelibatan masyarakat pasti tak akan bersambut. Sebaliknya, HUT dengan melibatkan masyarakat pasti akan bersahut, dan dipastikan akan larut dalam ingar bingar perayaan HUT. Lomba situasional, seperti lomba kebersihan antarSKPD, lomba gerak jalan, lomba karnaval, lomba menyanyi antarKepala SKPD, sampai lomba tradisional yang bernuansa hiburan, seperti lomba lari karung, lomba panjat pinang, lomba lari kelereng, lomba makan kerupuk dll sebagainya akan tersaji indah di hadapan kita. Belum lagi lomba olah raga yang mengedepankan nuansa hiburan, bukan prestasi, seperti lomba sepak bola antarSKPD, lomba tarik tambang dan sebagainya, dan sebagainya. Semua dilakukan demi satu tujuan, menyemarakkan HUT menuju puncak perayaan.  

27 April kemarin, Kabupaten Luwu Utara merayakakan hari jadinya yang ke-17. Seperti yang sudah saya paparkan sebelumnya, 17 adalah angka istimewa, meski dalam islam semua angka adalah sama. Namun, istilah sweet seventeen sudah menjadi simbol termanis dan terindah untuk sebuah fase perjalanan hidup. Untuk merayakannya pun digelarlah berbagai lomba dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, karena HUT ke-17 Kabupaten Luwu Utara kemarin bernuansa Pesta Rakyat dengan mengangkat tema “Ayo... Bangkitkan Ekonomi Kerakyatan”. Jadi, kemeriahan terpapar indah di sejumlah kegiatan lomba dalam menyambut puncak HUT “sweet seventeen” daerahku, Luwu Utara.  

17 Agustus 2016 juga akan terasa istimewa. Indonesia akan merayakan hari kemerdekaannya yang ke-71. Sama dengan HUT ke-17 Kabupaten Luwu Utara, HUT ke-71 Republik Indonesia juga akan dimeriahkan dengan berbagai atraksi lomba yang dihelat di seluruh pelosok wilayah nusantara di negeri Zamrud Katulistiwa ini. Anak bangsa akan larut dalam kemeriahan pesta kemerdekaan. 

Sesuai semboyan nasional HUT ke-71 RI, Indonesia Kerja Nyata, maka seluruh rakyat Indonesia akan bergerak secara nyata merayakan hari kemerdekaannya. Lutra pun dalam menyambut HUT ke-71 RI juga akan dimeriahkan dengan berbagai lomba. Dengan semboyan “Kita Lutra Kita Indonesia”, Luwu Utara pun akan banjir perlombaan yang tentunya akan banjir hadiah. Menggelar aneka macam lomba adalah cara terbaik menyambut hari kemerdekaan.

71 tahun adalah usia yang tidak muda lagi. Olehnya itu, kedewasaan dalam menyambut hari kemerdekaan harus diiringi dengan sikap optimis bahwa bangsa ini akan jauh lebih berkembang dan lebih beradab, sehingga misi menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang mempunyai tujuan yang memersatukan bukanlah pepesan kosong belaka. 

Caranya: Jauhkan sikap skeptis, jangan apatis, tidak boleh apriori, hindari perilaku pragmatis, hilangkan syak wasangka atau curiga berlebihan, karena semua pelakonnya hanya bercerita dengan prasangka buruknya. Semua itu hanya mengikis kehebatan yang coba kita bangun. Kita harus optimis karena sikap optimis akan melahirkan perjuangan. Pererat ikatan tali silaturahmi karena silaturahim memperpanjang umur. Tebarkan senyum kepada sesama karena senyum adalah ibadah. Rangkul perbedaan karena perbedaan itu adalah kehidupan sekaligus kekuatan.  

Bisakah semua itu kita lakukan? Tentu bisa! Ketika kita bijak melihat perbedaan sebagai upaya membangun spirit persaudaraan antaranak bangsa, maka kita sudah memulai langkah untuk menjadi hebat. Bukankah berbagai aneka lomba yang dilaksanakan dalam menyambut HUT Kemerdekaan diawali dari semangat perbedaan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun