Bulan Syawal adalah bulan yang kesepuluh dalam kalender Hijriyah tepatnya sesudah bulan Ramadan, Ida Fitri Shohibah dalam Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah (2012) menjelaskan, secara kebahasaan, Syawal berasal dari kata bahasa Arab yang berarti ‘peningkatan’, ‘meningkat’, atau ‘terbit’. Di bulan ini umat muslim merayakan hari raya IdulFitri setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan selama sebulan. Di bulan Ramadan umat muslim menjalankan ibadah puasa yang membutuhkan persiapan khusus baik jasmani dan rohani.
Dari segi jasmani sudah diatur dengan jelas bahwa seorang dengan kategori keadaan sehat yang bisa menjalankan ibadah ini sedangkan yang sakit atau dengan halangan lain mendapat keringanan bisa menggantinya di lain waktu.
Untuk segi rohani sudah jelas bahwa seorang muslim wajib meningkatkan intensitas ibadahnya dalam menyambut puasa Ramadan. Singkatnya di bulan Ramadan seorang muslim mendapat pelatihan “Kawah Candradimuka” yang memang ibadah ini mendapat tempat khusus di sisi Allah SWT. Ilustrasi pelatihan “Kawah Candradimuka” diatas penulis kira tidak berlebihan karena memang di bulan Ramadan seorang muslim banyak sekali mendapat “menu” ibadah yang memang tidak bisa ditemui di bulan lainnya misalnya adanya ibadah salat tarawih, penggandaan pahala dari setiap ibadah yang dilakukan, adanya malam Lailatul Qadar dan sebagainya.
Ibadah puasa Ramadan melatih seorang muslim untuk dapat mempunyai sikap kepekaan sosial yang tinggi terhadap orang-orang di sekitarnya yang hidup kekurangan. Puasa Ramadan juga membentuk karakter muslim yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi karena dalam pelaksanaan ibadah puasa sudah ditentukan waktu untuk dimulai dan diakhirinya proses puasa itu sendiri, aturan tentang hal-hal yang membatalkan puasa itu sendiri sudah disebutkan dan hanya dengan kedisiplinan tinggi seorang muslim bisa melaksanakan ibadah puasa itu dengan baik.
Kembali ke makna bulan Syawal yang salah satu maknanya ‘Peningkatan’, penulis ingin mengingatkan kita semua untuk merenungkan kembali makna Syawal tersebut dengan peringatan hari Kebangkitan Nasional yang diperingati oleh seluruh Bangsa Indonesia setiap tanggal 20 Mei dan tahun ini berdekatan dengan perayaan hari Raya Idulfitri 1442 H. Dan yang memprihatinkan kita masih dalam kondisi menghadapi Pandemi Covid 19 yang melanda Bangsa Indonesia juga Dunia. Peringatan hari Kebangkitan Nasional tahun 2021 ini mengangkat tema; "Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh".
Tak berlebihan rasanya jika penulis menghubungkan makna Syawal yang artinya peningkatan dengan tema Peringatan hari Kebangkitan Nasional tahun 2021 ini. Dengan peningakatan kadar Iman dan Taqwa seseorang yang ditempa selama Puasa Ramadan diharapkan bisa linier dengan kebangkitan sesorang, masyarakat dan akhirnya Bangsa Indonesia untuk menjadi Bangsa yang Tangguh. Tangguh terutama jika dikaitkan dengan konteks kekinian dalam masa menghadapi cobaan pandemi Covid -19.
Tangguh dalam menghadapi pandemi wabah Covid-19 bisa kita wujudkan dengan meningkatkan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan yakni memakai masker,mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan serta membatasi mobilisasi dan interaksi minimal untuk dirinya sendiri, keluarga terdekat dan akhirnya masyarakat sekitarnya.
Pada akhirnya penulis mengucapkan Selamat Hari Raya Idulfitri dan Selamat memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke -113.
Salam Sehat selalu jaga Protokol Kesehatan
Wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H