Seringkali kita mambaca atau pun mendengar percakapan tentang hujan, ada yang menuliskan hujan itu 1%nya air dan 99% kenangan, ada pula yang menuliskan jika hujan datang rindu menyerang... banyak serapah yang diberikan pada hujan jika debit air hujan sedang atau bahkan sedikit orang mengatakan hujan ini bikin kotor saja, jika hujan besar dan tidak kunjung berhenti orang-orangpun cemas takut banjir.Â
Sebaliknya para petani selalu mendamba hujan datang, saat kemarau berkepanjangan tidak sedikit petani berdoa memohon hujan, ada pula yang membuat hujan buatan. Sisi lain masyarakat kita mengatur hujan dengan mendatangkan "pawang hujan". Jika kita mengerti bahasa hujan, dia pun ingin bermanfaat bagi alam dengan sebenar-benarnya manfaat, pasti dia akan protes pada manusia kenapa dia yang dipersalahkan padahal manusialah yang menyebabkan bencana, jika alam ini seimbang dan manusia menjaganya dengan hati yang tulus dan memiliki visi konservatif maka tidak akan hujan dipersalahkan.Â
Hari ini yang katanya era revolusi industry 4.0 hampir tidak bergeming ketika bencana datang, tidak satupun memberikan solusi atas apa yang terjadi. Sesungguhnya manusialah yang harus bercermin atas perbuatannya pada alam. Hal kecil yang dapat di lakukan oleh manusia adalah tidak membuang sampah sembarangan inipun tidak diindahkannya.
Sekolah-sekolah, komunitas, organisasi masyarakat semua itu mengedukasi masyarakat akan pentingnya memelihara alam ini dengan berbagai ajakannya muali dari tidak membuang sampah sembarangan, menjaga hutan, bahkan mengigatkan dalam pertemuan rukun tetangga untuk membersihkan got di sekitar rumahnya, nyatanya ajakan itu tidak juga dapat membendung bencana. Maka, apa yang harus kita lakukan dengan kehidupan yang sudah seperti ini?
Kekuatan Iman dan Ikhtiarlah yang harus berperan untuk itu memberikan cotoh dengan perilaku itu tidak mudah dan harus berkesinambungan agar orang lain tergerak melakukan hal yang sama. ini tidak cukup hanya didiskusikan namun harus di wujudkan melalui prilaku kita sehari-hari yang menghormati alam, menjaganya dengan penuh cinta, maka percayalah alampun akan mencitai kita dengan tulus sehingga hujan pun dapat tersenyum saat seperti dulu hujan diturunkan ke bumi untuk kebahagiaan alam.
Rindu untuk alam yang seimbang, rindu melihat anak-anak gembira menyambut hujan dipelataran rumah, bermain dan berseda gurau dengan temannya ditengah hujan, tidak dibayangi kehawatiran amarah hujan membanjiri hunian kita semoga Oktober inimenjadi refleksi diri agar hujan kembali bersahabat dengan manusia.
Mendung tidak berarti hujan.... namun hujan sudah pasti datang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H