Jeruk manis sadu menjadi komoditas andalan Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Jasa Bagastara. G, S.T., Â menyodorkan sebuah jeruk yang tampak kusam. Sebagian besar permukaan kulitnya terlihat kecokelatan seperti karat. Ukurannya pun kecil, hanya sebesar bola pingpong. Bagas bukannya tak ingin menghargai tamu dengan menyodorkan jeruk berkualitas jelek. "Coba dulu jeruk yang jelek, habis itu baru coba jeruk yang kualitas bagus," seloroh pria asal Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu
Begitu dikupas kulit jeruk begitu rapuh dan mudah terlepas dari septa sehingga gampang saat mengupas. Meski penampilan kulit seperti busuk, tapi septa di dalamnya seluruhnya mulus. Septa tampak berwarna jingga mentereng. Begitu menyantap salah satu septa, septa langsung lumer di mulut saat diemut. Kulit ari yang menyelimuti septa begitu tipis dan bulirnya sangat lembut sehingga langsung pecah tanpa perlu dikunyah.Â
Biasanya jeruk siam berkulit ari lebih tebal dan alot sehingga kerap dibuang saat disantap. Rasa jeruk dominan manis, tak sedikitpun tercecap masam. Pantas saja jeruk grade terendah itu tetap laku dibeli konsumen dengan harga Rp15.000 per kg. Harga itu setara jeruk siam yang kerap dijual di lapak-lapak buah kaki lima.
Setelah itu barulah Bagas---panggilan Jasa Bagastara---menyodorkan buah jeruk berkualitas bagus. Ukuran jeruk lumayan jumbo. "Ada yang lebih besar dari itu," tuturnya. Menurut Bagas, jeruk kualitas terbaik sekilogram berisi 4 buah atau berbobot rata-rata 250 g per buah. Penampilan kulit jeruk tampak mengilap dengan warna jingga mentereng sehingga tak kalah dengan penampilan jeruk impor.
Seperti jeruk yang dicicip sebelumnya, kulit begitu rapuh saat bagian bawah jeruk ditekan untuk mengupas buah. Padahal, kulit jeruk grade A itu terlihat kencang dan tebal. Kulit juga mudah terlepas dari septa. Warna septa juga jingga mentereng. Begitu dicicip, septa langsung lumer dimulut meski ukuran septa lebih besar dari jeruk sebelumnya. Hanya saja jumlah biji relatif banyak.Â
Beberapa septa ada yang terdapat dua biji jeruk. Saat diukur dengan refraktrometer, tingkat kemanisan jeruk mencapai 13o briks. Padahal, buah yang dicicip adalah hasil panen saat curah hujan tinggi. "Kalau musim kemarau bisa lebih manis lagi," ujar Bagas.
Menurut Bagas itu adalah jeruk manis sadu. Bagas menyingkat nama jeruk itu dengan nama Jema's dan menjadikannya sebagai merek. Disebut jeruk manis karena citarasa jeruk dominan manis dan nyaris tanpa masam. Adapun sadu diambil dari nama sebuah desa di Kecamatan Soreng, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bagas menyematkan nama sadu karena membudidayakan Jema's di lahan yang berlokasi di desa itu.