"Ini duit..., ini duit..., ini duit...," ujar Eva Lasti Apriani Madarona menirukan ucapan salah seorang pemasok pasar swalayan asal Jakarta seraya menunjuk beberapa jenis bunga yang tumbuh di lahan di depan rumahnya.
Lahan di seberang rumah Eva Lasti Apriani Madarona di kawasan Cipaku, Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat, itu sebetulnya adalah lahan fasilitas umum. Semula hanya rumput yang tumbuh di lahan itu. Kini lahan di kompleks perumahan itu tampak begitu semarak. Aneka jenis tanaman bunga tumbuh subur dan serempak berbunga. Salah satunya Cosmos sp. dengan varian warna bunga merah muda dan putih. Ada juga marigold dan nasturtium Tropaeolum sp. yang berbunga jingga, serta mawar yang berbunga kuning dan merah muda.
Eva juga membudidayakan aneka jenis bunga di dak lantai 3 rumahnya. Di dak rumah seluas 100 m2 itu Eva membangun rumah tanam mini dengan kerangka baja ringan. Di dalam rumah tanam itu ia membudidayakan berbagai jenis tanaman bunga, seperti pansy dan viola aneka warna, lavender, calendula, dahlia, dianthus, geranium, impatient, torenia, verbena, dan borage. Ratusan tanaman itu tumbuh di dalam pot-pot kecil berdiameter 15 cm berisi media tanam berupa campuran perlite dan vermiculite dengan perbandingan sama.
Perlite dan vermiculite merupakan lapisan mineral silika yang telah mengalami pemanasan suhu tinggi. Pemanasan itu menyebabkan mineral mengembang seperti pop corn. Akibatnya, tingkat porositas menjadi tinggi sehingga mampu menyerap banyak air dengan cepat. Kedua media tanam itu juga dapat meningkatkan volume, drainase, dan aerasi media perakaran. Eva meletakkan pot-pot itu di permukaan talang yang dialiri larutan nutrisi hidroponik, yaitu AB mix.
Eva membudidayakan aneka jenis tanaman bunga bukan untuk menghias taman, melainkan untuk memanen bunganya. Bunga-bunga itu nantinya digunakan garnish atau penghias hidangan dan juga sebagai bahan pelengkap salad. Karena bunga itu dapat dikonsumsi, maka kerap mendapat sebutan bunga edible. Beberapa jenis bunga memiliki cita rasa khas. Contohnya bunga nasturtium. Bunga berwarna jingga itu bercita rasa sedikit pedas ketika ditelan. Ada juga bunga begonia yang bercita rasa sedikit masam menyegarkan.
Dari pekarangan dan rumah tanam itu Eva memanen ratusan kuntum bunga setiap hari. "Jumlah panen berbeda-beda tergantung ketersediaan bunga," ujarnya. Bunga hasil panen ia kemas dalam kotak plastik bening. Satu kemasan berisi sekitar 30-40 kuntum bunga. "Jumlah bunga dalam satu kemasan berbeda-beda. Pokoknya saya mengisi kemasan hingga penuh. Saat dibolak-balik isi kotak tidak bergerak, tapi juga tidak terlalu padat karena bisa merusak bunganya," tutur perempuan 34 tahun itu.
Eva menjual bunga edible itu kepada pemasok pasar swalayan di Kota Bandung dan Jakarta dengan harga jual Rp1.500-Rp2.000 per kuntum bunga. Untuk memenuhi kebutuhan Jakarta, Eva mengirim bunga dengan menitipkan kepada perusahaan jasa angkutan yang melayani rute Bandung-Jakarta. Ia menggunakan kotak styrofoam berisi es batu untuk menjaga kesegaran bunga. Dalam sepekan Eva mengirim bunga dua kali ke Jakarta, yakni pada Selasa dan Jumat, dan Bandung hanya sekali.
Jika panen bunga di luar jadwal pengiriman, Eva menyimpan hasil panen yang sudah dikemas dalam lemari berpendingin. "Hindari penyimpanan terlalu dingin, cukup jaga pada suhu 14oC. Kalau terlalu dingin kemasan akan berembun dan menjadi mudah busuk saat dikeluarkan dari kulkas," jelas alumnus Sastra Arab Universitas Indonesia itu.
Dari perniagaan bunga edible itu Eva meraup omzet rata-rata Rp30 juta-Rp50 juta per bulan. Ia tak menyangka bakal meraup omzet sebesar itu dalam waktu singkat. Harap mafhum, ia baru setahun memproduksi bunga edible, yaitu pada 2016. "Ketika memulai belum ada niat menjual. Saya hanya coba-coba. Ketika itu ada produsen benih yang menjual benih bunga edible. Saya beli dan coba tanam," tuturnya.
Perkembangan pertumbuhan tanaman bunga Eva abadikan melalui kamera, lalu ia unggah ke media sosial. Unggahan foto itu ternyata mengundang minat salah seorang pemasok pasar swalayan di Jakarta. Ia berminat untuk membeli karena ada permintaan dari beberapa pasar swalayan dan restoran papan atas di ibu kota. "Sayangnya ketika itu belum berbunga," ujar praktikus hidroponik sejak 2013 itu.
