Mohon tunggu...
IMAM TAOFIK
IMAM TAOFIK Mohon Tunggu... Penulis - Tendik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Pecinta alam, filsafat sosial keagamaan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sedekah Politik

25 September 2023   00:00 Diperbarui: 25 September 2023   00:16 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghadapi tahun politik 2024 umat islam sangat berpengaruh dalam proses demokrasi di indonesia karna jumlah umat islam sangat banyak, menurut data yang dilansir dari worldpopulationreview.com negara dengan jumlah umat Muslim terbesar pada tahun 2023 adalah Indonesia dengan jumlah kurang lebih sekitar 229 juta muslim.

Melihat data di atas umat muslim masih menjadi mayoritas akan tetapi masyarakat muslim kita masih banyak yang berpendapat bahwa politik itu kotor dan harus dijauhi. Sehingga anggapan seperti itu membuat masyarakat kita sangat apatis, apriori (benci), dan alergi dengan politik dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Hal itu mungkin terjadi karena hasil pantauan masyarakat dilapangan dan lewat media terhadap politik selama ini selalu menunjukkan gejala yang buruk. Orang-orang yang terlibat di dalamnya dapat bergeser orientasi politiknya menjadi politik imperialis, berkhianat, koruptor dan semena-mena. Apalagi, setelah panggung politik dunia dirasuki politik Machiavelli yang menghalalkan segala cara, semakin menjadi-jadilah kebencian masyarakat terhadap politik.

Dalam realitas yang ada di negara kita bisa kita lihat bayak kasus terkait kemaslahatan umat islam yang masih banyak tidak mendapatkan perhatian secara serius, bahakan ada beberapa kasusu yang memang justru di kesampingkan, padahal negara kita mayoritas tapi tidak diperioritaskan.

Tidak ada seorangpun yang hidup tanpa terikat oleh politik. Orang yang ingin mempengaruhi kebijakan negara haruslah merebut kekuasaan politik. Orang yang menyatakan tidak mau terlibat dalam politik dan membiarkan kekuasaan politik diambil orang, maka dia terikat pada kebijakan-kebijakan pemenang kontes politik, betapa pun tak sukanya dia pada kebijakan itu. Karena itu, dapat dikatakan bahwa politik itu adalah fitrah atau sesuatu yang tak bisa dihindari.

Islam adalah agama universal, meliputi semua unsur kehidupan, dan politik, Negara dan tanah airi adalah bagian dari islam. tidak ada yang namanya pemisahan antara agama dan politik. karena politik bagian dari risalah Islam yang sempuran. Seperti ungkapan bahwa tidak ada kebaikan pada agama yang tidak ada politiknya dan tidak ada kebaikan dalam politik yang tidak ada agamanya.

Di dalam bahasa Arab, Politik dikenal dengan istilah siyasah. Oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulamasalafush shalih dikenal istilah siyasah syar'iyyah, misalnya. Dalam Al Muhith, siyasah berakar kata ssa -- yassu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusuha siyasatan berarti Qama 'alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusinya, melatihnya, dan mendidiknya). Bila dikatakan sasa al amra artinya dabbarahu (mengurusi/mengatur perkara). 

Jadi, asalnya makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan gembalaan. Lalu, kata tersebut digunakan dalam pengaturan urusan-urusan manusia; dan pelaku pengurusan urusan-urusan manusiatersebut dinamai politikus(siyasiyun). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amrimengurusi (yassu) rakyatnya, mengaturnya, dan menjaganya. Dengan demikian, politik merupakan pemeliharaan (ri'ayah), perbaikan (ishlah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pendidikan (ta`dib).

Segenggam Kekuasaan lebih berharga dari sekeranjang kebenaran. Bahkan segudang kebenaran sekalipun. Karena dalam sejarah, kebenaran sangat tergantung dari mereka yang berkuasa. Kekuasaan adalah seni untuk menggerakkan massa agar dengan ikhlas memberinya legitimasi kepada suatu konsensus yang disebut negara.

Peran umat islam sangat penting dalam prosese demokrasi supaya menghasilkan regulasi-regulasi yang berpihak kepada umat islam dan dirasakan langsung, oleh karena itu umat islam penting terlibat aktif dalam proses politik di indonesia untuk memilih legislatif yang memang berpihak kepada umat islam khususnya demi kemaslahatan umat islam itu sendiri sebagai bentuk sedekah politik kita. 

Dalam konteks politik suara yang kita berikan di asumsikan sedekah politik untuk kemaslahatan, dengan syarat memilih orang baik yang track record dalam memperjuangkan umat juga baik, tidak punya perkara yang negatif dan turunnya ke ranah politik benar-benar berjuang untuk memperbaiki kondisi kebangsaan, serta tidak melakukan money politik dan kita juga tidak menerimanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun