Mohon tunggu...
Imam Syabani
Imam Syabani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengen kaya, baik tulisan maupun itu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Perjuangan di Negeriku

21 Mei 2024   21:47 Diperbarui: 21 Mei 2024   21:51 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu menunjukan pukul 15.00 artinya mata kuliah terakhirku untuk hari ini telah usai, mata kuliah yang aku suka yakni budaya. Tapi aku meyayangkan kenapa cepat banget selesainya padahal jika dikasih sampai malam pun aku kuat menjalaninya.

Sampai di parkiran aku memasang helm dan berangkat pulang ke kos. Sesampainya di kos aku tidak langsung tidur melainkan ke kamar mandi untuk sekedar buang hajat sambal menikmati rokok walaupun perut ini belum bergejolak untuk membuang kotorannya. Di kamar mandi yang sempit, jorok dan banyak kecoa berlalu lalang ini aku selalu berimajinasi seperti berikut ini.

Aku adalah aktivis sejati, mengenai hari buruh yang akan berlangsung besok pagi, aku dan aktivis kampus lainnya berencana mau demo di gedung DPR untuk menyuarakan ketidakadilan terutama tentang pembunuhan Marsinah yang sampai saat ini masih belum ada tindak lanjut penyelidikannya. Waktu telah tiba aku dan mahasiswa lainnya menyiapkan sound sistem dan banner ( suara rakyat ) untuk menggelar aksi. Semua teman aksi sudah berkumpul, ada yang membawa poster bergambar Marsinah dan gambar arloji, ada juga yang membawa bendera melambangkan perdamaian alias peace.

Sesampainya di jalan orator mulai bersuara " hidup mahasiswa! Hidup! " suaranya sangat membara dan membawa semangat bagi peserta aksi. " sampai kapan kebenaran akan dibungkam, kita negara demokrasi, tapi suara para buruh dibungkam, dimana keadilan? " suara orator semakin membara dan menggairahkan semangat peserta aksi lainnya. Dibalut keringat yang bercucuran dibawah terik matahari yang entah berapa derajat panasnya aku dan kawan aksi lainnya tetap semangat.

Sampai sudah di depan gerbang warna putih dengan gedung yang elegan laksana istana ratu Balqis aku dan teman aksi lainnya bersorak penuh kegirangan berharap ketua DPR keluar dan mau mendengarkan keluh kesah peserta aksi. " keluar! Kalau tidak keluar kami rusak-kan pintu ini! Keluar pengecut, jangan hanya diam! Kami tau Bapak-Ibu di dalam sedang berpesta ria menggunakan uang rakyat jelata seperti kami ini! Mana hak para buruh, mana haknya Marsinah! Keluar kau! " suara orator semakin membara dan tak lupa dengan slogan Hidup Mahasiswa. Tiga puluh menit berlalu dan peserta aksi seperti tidak ada capeknya untuk bersuara. Sampai pada akhirnya ketua DPR keluar dengan baju mewahnya dan kalungnya yang sangat mahal. Semua peserta aksi duduk bersila dan mendengarkan janji yang diutarakan ketua DPR seperti berikut " saya berjanji untuk menyampaikan kepada atasan untuk menuntaskan kasusnya marsinah, saya berjanji untuk menyampaikan kepada atasan untuk mensejahterakan para buruh dengan upah di atas UMR " kurang lebih seperti itulah janjinya kepada peserta aksi. Janji telah diutarakan dan peserta aksi balik dengan keadaan gembira dan capeknya terbayarkan.

Seminggu kemudian kasusnya Marsinah telah dibongkar dan dalang atas pembunuhannya telah ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, beritanya menyebar dimana-mana dan menjadi trending topik baik di media internet dan media cetak. Para mahasiswa se-Nusantara bergembira karena telah meraih kemenangan atas apa yang telah dibungkam selama bertahun-tahun. Tiga hari kemudia upah buruh juga kini telah dinaikkan, baik dari buruh tekstil dan pabrik-pabrik lainnya, hal ini membuat para buruh merasa telah meraih kemenangan atas apa yang diperjuangkan selama ini, efeknya tidak hanya kepada para buruh tetapi juga kepada mahasiswa.

Hari penghukuman kepada tersangka pemubunuhan Marsinah telah tiba, hukumannya adalah tembak mati di Nusa Kambangan dan disiarkan langsung oleh stasiun Televisi Nasional. Aku bertanya kepada diri sendiri kenapa mahasiswa yang demo dari tahun kemarin tidak digubris dan kenapa di angkatan saya demo baru digubris? Ternyata keajaiban itu ada yang terpenting jangan menyerah dalam menyuarakan kebaikan walaupun di tengah-tengah perjuangan ada rasa sakit yang selalu menggores dan menghasilkan luka. Tersangka sudah dibunuh dan kejahatan akan bungkaman suara mulai perlahan menghilang dan inilah negara Demokrasi yang sebenarnya.

Kecoa mulai berterbangan sampai ke putung rokok hisapan terakhirku sehingga membuatku tersadar dari hayalan tingkat tinggi. " ah sepertinya Cuma mitos, kenapa aku bisa berhayal terlalu tinggi? Apakah hal ini nyata? " aku membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi menuju Kasur untuk istirahat. Dering telfon berbunyi ternyata dari notifikasi berita yang isinya seperti kurang lebih seperti ini " Syamsudin buruh tekstil di PT Tekstil Kasur Hijau hilang secara tiba-tiba " akupun malas membacanya dan langsung menutup handphone lalu tidur dengan nyenyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun