Mohon tunggu...
Imam Suhadi
Imam Suhadi Mohon Tunggu... -

Imam Suhadi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemungkinan Kesalahan Quick Count Malah pada 3 Lembaga: SMRC, LSI dan Indikator

13 Juli 2014   14:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:28 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14052116021118024908

Setelah keluar hasil Pilpres 2014, saya sangat tertarik mengevaluasi hasil quick count. Pengalaman saya pernah bekerja di Laboratorium Kalibrasi PT Telekomunikasi Indonesia, dan sempat mendapatkan lisensi Assessor Lab Kalibrasi dari Komite Akreditasi Nasional-Badan Standardisasi Nasional, sedikit banyak memberikan referensi bagi saya untuk menguji error dari sebuah pengukuran. Memang di laboratorium yang saya analisis adalah kemungkinan error dari perangkat ukur telekomunikasi, namun dengan cara yang tidak jauh berbeda dapat dilakukan untuk pengukuran lainnya.

Dalam menguji kemungkinan kesalahan pengukuran, yang pertama kali harus menjadi perhatian adalah margin of error. Ini adalah hal yang sangat penting dan fundamental.

Awalnya saya percaya begitu saja dengan klaim margin of error yang dikeluarkan para lembaga survey, tanpa melakukan cross check lagi. Namun saat ini saya harus menguji dengan rumus yang baku. Dan saya mendapati bahwa klaim dari lembaga survey yang mengatakan margin of error mereka 1% bahkan ada yang mengklaim lebih kecil dari 1%, adalah sangat ngawur. Dengan asumsi  bahwa jumlah sampel yang diklaim lembaga survey itu benar, maka dari perhitungan yang saya lakukan margin of error semua lembaga tersebut adalah 2,878%. Yang berbeda hanya 2 lembaga, yaitu SMRC 2,031% dan Puskaptis 3,326%.

Dari margin of error tersebut, ketika kita masukkan ke hasil quick count masing-masing lembaga, kita akan mendapatkan bahwa 8 lembaga datanya beririsan, sedangkan 3 lembaga tidak beririsan. Ketiga lembaga tersebut adalah SMRC, LSI dan Indikator. Secara distribusi normal, data 3 lembaga tersebut diluar pola data lainnya, sehingga dapat disebut outlier atau pencilan. Secara statistik, penyebabnya mungkin terdapat kesalahan pada pengambilan sampling, pengamatan, pencatatan, maupun kesalahan yang lain.

Dari data yang berselarasan, dapat kita lihat bahwa masih ada kemungkinan Prabowo-Hatta yang unggul dan masih ada kemungkinan yang sama Jokowi-JK yang unggul. Kontroversi ini terjadi karena kemungkinan selisih perolehan suara yang lebih kecil dari margin of error masing-masing lembaga.

Dari situasi ini mari kita rujuk hasil perhitungan real count KPU 22 Juli 2014. Jangan klaim kemenangan dulu, karena hal tersebut dapat dapat menyebabkan konflik horisontal yang sangat besar. Siapapun presiden yang terpilih, mari kita dukung bersama. Salam damai!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun