Mohon tunggu...
Imam Sholihin
Imam Sholihin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis dan Pemasaran Dalam Islam

13 Oktober 2016   09:57 Diperbarui: 13 Oktober 2016   10:20 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bisni dan pemasaran tidak asing lagi. Sebagian dari kita telah mengetahui apa itu bisnis dan pemasaran. Bisnis dalam Al-Qur’an dijelaskan melalui kata tijaroh,yang mencangkup dua makna, yaitu: pertama, perniagaan secara umum yang mencakup perniagaan antara manusia dengan Allah SWT. Adapun makna kata tijarohyang kedua adalah perniagaan secara khusus, yang berarti perdagangan ataupun jual beli antar manusia. Sedangkan bisnis secara umum adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan dan memberi manfaat. Bisnis juga dipahami dengan suatu kigiatan indifidu yang terorganisasi atau melembaga, untuk menghasilkan dan menjual barang atau jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan pemasaran dapat didenifisikan sebagai hasil aktifitas bisnis yang mengarahkan arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen dan mencakup pembelian, penjualan, tranportasi, pergudangan, standardisasi, tingkatan, financing, dan resiko. Tujuan dari konsep bisnis dan pemasaran dalam Islam dapat di lihat pada ayat Al- Quran surat al-Qashas ayat 77:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

ـ حدَّثنا عثمانُ بنُ الهَيثمِ أخبرَنا ابنُ جُريجٍ قال عمرُو بنُ دِينارٍ قال ابنُ عبَّاسٍ رضيَ اللّهُ عنهما «كان ذو المَجازِ وعُكاظٌ مَتْجَرَ الناسِ في الجاهليةِ، فلما جاءَ الإِسلامُ كأنَّهم كرِهوا ذلكَ حتى نزلَتْ: {ليس عليكم جُناحٌ أن تَبتغوا فضلاً مِن ربّكم} – البقر-198

Menurut suatu riwayat, pada zaman Jahiliyyah terkenal pasar-pasar bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu. Mereka bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang hal itu. Maka turunlah “Laisa ‘alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min rabbikum – Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu” (awal ayat S. 2: 198).

Dari ayat Al-Quran dan hadis diatas dapat dijelaskan, mengingatkan kepada umat manusia didunia untuk mencari kesejahteraan di akhirat tanpa melupakan urusan dunia. Artinya bahwa urusan dunia adalah sarana untuk memperoleh kesejahteraan di akhirat. Orang bisa berkompetisi dalam kebaikan urusan- urusan di dunia, tetapi sebenarnya mereka sedang berlomba- lomba untuk mendapatkan kebaikan di akhirat. Dan aktivitas produksi barang dan jasa yang dilakukan seorang muslim untuk memperbaiki apa yang dimilikinya, baik berupa sumber daya alam dan harta, dan dipersiapkan untuk kegiatan produksi dan dimanfaatkan oleh diri-sendiri dan oleh umat Islam.

Bisnis di dalam Al-Qur’an selalu bertujuan untuk dua keuntungan, yaitu keuntungan duniawi dan ukhrawi. Bisnis dalam Al-Qur’an dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: bisnis yang menguntungkan, bisnis yang merugikan, dan pemeliharaan prestasi, hadiah, dan hukuman. Pertama,bisnis yang menguntungkan mengandung tiga elemen dasar, yaitu: a) mengetahui investasi yang paling baik; b) membuat keputusan yang logis, sehat dan masuk akal; dan c) mengikuti prilaku yang baik. Kedua, bisnis yang merugikan. Bisnis ini merupakan kebalikan dari bisnis yang perrtama karena ketidakadaan atau kekurangan beberapa elemen dari bisnis yang menguntungkan. Ketiga,pemeliharaan prestasi, hadiah dan hukum. Dalam hal ini, Al-Qur’an menyoroti bahwa segala perbuatan manusia tidak lepas dari sorotan dan rekaman Allah SWT. Maka dari itu, siapapun yang melakukan prestasi yang positif akan mendapatkan pahala, begitu pula sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun