Waktu dan Prioritas: Terkadang, pendidik memiliki keterbatasan waktu dan sumber daya untuk melakukan penilaian formatif secara teratur karena tekanan waktu dalam menyelesaikan kurikulum atau tugas-tugas lainnya.
Kurangnya Pemahaman: Beberapa pendidik mungkin kurang memahami pentingnya penilaian formatif atau bagaimana cara melakukannya secara efektif. Ini bisa menjadi hambatan dalam menerapkan teknik-teknik penilaian formatif.
Tuntutan Kurikulum dan Ujian Standar: Sistem pendidikan yang fokus pada ujian standar atau evaluasi akhir sering membuat guru lebih condong pada penilaian sumatif karena inilah yang lebih banyak diperhatikan dalam mengevaluasi kemajuan siswa.
Kesulitan Mengukur Secara Formatif: Ada situasi di mana sulit untuk mengukur kemajuan secara formatif dengan tepat. Beberapa topik atau keterampilan memerlukan pendekatan evaluasi yang lebih kreatif dan variatif, yang mungkin tidak selalu mudah dilakukan.
Kesibukan dan Beban Kerja Guru: Guru sering memiliki beban kerja yang tinggi, termasuk mengelola kelas, menyusun materi, memberikan bimbingan kepada siswa, dan tugas-tugas administratif lainnya. Ini bisa membuat penekanan pada penilaian formatif terasa kurang mungkin atau sulit untuk diimplementasikan secara konsisten.
Meskipun penilaian formatif sering terlupakan, penting untuk diingat bahwa ini merupakan alat yang sangat berharga dalam membantu siswa untuk belajar secara efektif. Dengan memberikan umpan balik yang terus-menerus, pendidik dapat membantu siswa mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dan mendukung pertumbuhan mereka secara lebih efektif.Â
     Merujuk pada https://guru.kemdikbud.go.id/ Pada Kurikulum Merdeka, guru diharapkan untuk lebih banyak mengutamakan asesmen formatif, untuk mendapatkan umpan balik dan mengetahui perkembangan murid. Namun, asesmen sumatif juga tetap digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI