nelayan biasanya melakukan aktivitas perdagangan hasil laut meraka di tempat pelalangan ikan (TPI) atau juga tempat yang disebut sebagai pelabuhan pendaratan ikan (PPI).
Tidak dapat kita pungkiri bahwa salah satu roda perekonomian yang paling utama dalam masyarakat yang menetap di wilayah pesisir pantai adalah aktivitas perdagangan hasil lautnya. ParaDi Provinsi Sulawesi Selatan sendiri terdapat beberapa PPI yang tersebar di berbagai daerah atau kabupaten, salah satunya ialah PPI Beba yang berada di Kelurahan Tamasaju, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. PPI Beba memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan ekonomi masyarakat sekitar karena aktivitas ekonomi berjalan di sana hampir setiap hari.
Namun, terdapat kendala yang sering dialami oleh para nelayan di sekitar wilayah tersebut pada saat musim penghujan tiba. Memasuki awal musim hujan yaitu pada bulan Oktober, para nelayan di wilayah tersebut kerap mengeluhkan tentang tingginya ombak yang membuat mereka sulit untuk berlayar dan juga sulitnya mereka untuk memarkirkan perahunya di tepian pantai. Tidak hanya itu, ombak yang tinggi juga jika terjadi terus-menerus dapat berpotensi mengakibatkan abrasi. Oleh karena itu pada tahun 2022 yang lalu Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menganggarkan  dana sebesar Rp. 4,5 Miliar untuk melakukan rehabilitasi sarana serta prasarana yang ada di TPI atau PPI Beba. Kemudian pada tahun 2023 kemarin, Pemprov Sulawesi Selatan kembali mengeluarkan anggaran untuk infrastruktur penunjang aktivitas para nelayan, yaitu dengan  membangun Breakwater atau pemecah ombak senilai Rp. 18,5 Miliar, juga dengan diikuti fasilitas pendukung lainnya dengan total alokasi dana pada tahun tersebut sebesar Rp 21,4 Miliar.
Pembangunan Breakwater atau pemecah ombak ini akan sangat membantu keberlangsungan  aktivitas para nelayan. Hal ini dapat dilihat dari manfaat yang dapat diberikan oleh breakwater tersebut, mulai dari pencegahan dari abrasi akibat ombak yang tinggi, adanya keamanan bagi para nelayan untuk dapat memarkirkan kapalnya di dalam area breakwater sehingga kapal tidak terkena ombak secara langsung yang dapat mengakibatkan kerusakan pada kapal, serta membantu meningkatkan  produktivitas masyarakat nelayan.
Rasa aman dapat dirasakan oleh para nelayan terhadap kapal mereka yang saat ini dilabuhkan di area dalam breakwater. Mereka tidak lagi khawatir akan keselamatan kapal dari ancaman ombak yang dapat merusak kapal-kapal mereka. Sebelumnya, banyak dari nelayan tersebut melabuhkan kapal atau perahu mereka di tempat lain yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tersebut sehingga ruang gerak mereka sangat terbatas. Hal tersebut selain membatasi produktivitas dan ruang gerak para nelayan, juga turut memakan biaya yang lebih seperti halnya biaya transportasi dan lain sebagainya.
Dengan demikian, pembangunan breakwater atau pemecah ombak ini secara tidak langsung telah meningkatkan serta mendongkrak sistem perekonomian masyarakat sekitar menjadi jauh lebih baik. Selain produktivitas nelayan yang meningkat, biaya dari aktivitas para nelayan juga dapat berkurang dibanding sebelumnya. Lebih dari itu, masyarakat sekitar yang juga memiliki sumber pendapatan yang lain seperti bisnis usaha rumah makan juga turut merasakan dampak positif dengan adanya breakwater yang dibangun, hal ini karena adanya aktivitas perdagangan yang semakin meningkat.
Kedepannya breakwater atau pemecah ombak ini diharapkan dapat terus-menerus memberikan berbagai dampak positif terhadap roda perekonomian masyarakat setempat, baik itu bagi pedagang ikan, pemilik usaha kuliner dan tentunya bagi para nelayan setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H