Coba cermati data dari situs dataindonesia.id yang menyebutkan, Â Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, Indonesia memiliki tambang nikel seluas 520.77,02 hektar (ha). Luasan itu tersebar di provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Bart, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Di Sulawesi Tenggara inilah, tambang nikel terbesar di Indonesia dengan luas mencapai 198.624,66 ha. Salah satu tambang nikel yang ada di provinsi Sultra berada di Kabupaten Konawe dengan luas 21.100 ha.
Mungkin pertanyaan tentang mengapa industri baterai dibangun terintegrasi di KITB, hanya bisa dijawab oleh pemerintah? Pasalnya sulit mencari jawabannya dari para ahli baterai. Mungkin ada pertimbangan lain yang tidak diketahui oleh pakar baterai di Indonesia, yang keahliannya pun seperti "ditelantarkan". Semoga saja mereka ini akan dapat perhatian lebih, karena toh mereka merupakan pagawai BRIN yang juga sudah sekolah di berbagai negara untuk ilmunya. Tinggal mau dimanfaatkan kepakarannya untuk negeri ini, atau dibiarkan membusuk dalam laboratorium kecil yang diterangi pelita yang semakin redup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H