Karen Armstrong pun mengakui, bahwa orang Barat sering skeptis tentang kemampuan Islam mereformasi dirinya sendiri, dan menyangsikan kehdairan dan keefektifan pra pembaru Muslim, sebagian mungkin karena para pembaru atau pemikir kreatif itu tidak diliput media massa Barat atau karena memang tidak punya kepedulian dan keuntungan, bahkan bisa merugikan. Dan celakanya, skeptis terhadap kemampuan Islam bahkan terhadap kaum Muslimin itu juga menjalar ke penduduk tercinta Indonesia ini. Tidak hanya terbatas dari kalangan di luar Muslim saja, tetapi merasuki pikiran generasi Muslim sendiri. Dan ini menjadi kanker akut yang bisa amat berbahaya. Kalau penyakit dan yang terkena kanker itu di jari, maka amat mudah tindakannya dan bisa melakukan dengan amputasi, namun bagaimana jika sudah menjalar ke hati, jantung, otak, yang menjadi organ penting, maka tindakan amputasi tentu bisa berakibat fatal.
Disinilah mungkin menjadi penting arti kehadiran buku atau tulisan yang tersebar dibanyak media alternatif seperti blog dan jejaring sosial. Kalau ini yang terjadi dan dilakukan, tentulah dalam tahun-tahun mendatang akan muncul lagi al Fatih sang penakluk, yang menjadi julukan Sultan Muhammad II. Mungkin terkesan seperti kosmologi tradisional kita yang menantikan kedatangan ratu adil, namun dengan inilah paling tidak semangatku terpompa lagi.
Paling tidak, pandangan yang bersikukuh bahwa Muslim tidak akan maju, atau kaum Muslim teroris dan penentang demokrasi serta gerakan kebebasan, suatu saat akan bisa jadi sejarah yang kuceritakan pada cucu dan cicit generasi bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H