Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguji "Sihir" Megawati Pada Kasus Ahok

1 Desember 2016   13:00 Diperbarui: 1 Desember 2016   13:14 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seringkali atau setiap kali malahan penulis disuguhi tontonan tiap pagi Sofia the First, seorang putri keraton yang memiliki kemampuan berkas bandul liontin yang dia miliki menyebabkan putri cilik imut-imut, baik hati, suka menolong dan pintar bernyanyi itu bisa mengerti suara binatang. Bahkan seorang penyihir Cedric sangat berhasrat untuk memilikinya. Beberapa episode kehebatan liontin yang di miliki Sofia mampu membantunya untuk mengalahkan para peri jahat atau mereka yang berniat jahat kepada kerajaan. Alhasil si cantik yang jadi penonton film tersebut kerap merengek minta dibelikan liontin ajaib milik Sofia tersebut.

Lalu apa hubungannya dengan Megawati dan Ahok? 

Penulis hanya ingin merelaksasi para pembaca untuk menyaksikan hari-hari terakhir Megawati menggunakan liontin bernama Ideologis untuk Kebhinnekaan dan Kebangsaan yang kerap dia mantrakan ke segenap komponen para elitis di Indonesia. Menurut Megawati sosok Ahok adalah pilihan yang tepat untuk mendeklarasikan bahwa Indonesia jauh lebih maju ketimbang Amerika Serikat yang sudah merdeka ratusan tahun yang lalu. Sebagaimana seorang Jokowi sebagai Petugas Partai dari partai yang diketuai oleh Megawati. 

Pernyataan Jokowi yang mengatakan Donald Trump akan meniru keberhasilan beberapa program pemerintahan yang baru berjalan dua tahun ini. Kesan yang kuat PDI Perjuangan ingin meyakinkan publik baik internal maupun dunia bahwa Indonesia tengah menuju sebagai sebuah bangsa yang besar, salah satunya dengan eksistensi dari seorang Ahok, pria keturunan dan non islam. Kurang lebih begitu.

Penulis melihat adanya korelasi antara upaya-upaya Megawati membendung terjangan efek dari kasus yang sudah sampai pada tahap P21 alias sudah lengkap untuk kemudian diajukan kedalam sebuah proses penyidikan oleh Kejaksaan untuk kemudian dilanjutkan dalam sebuah proses persidangan kriminal dengan upaya keras untuk tetap bertahan dengan pilihannya. Konsekwensi secara irasional adalah mengajukan mantra-mantra sihir seperti tersebut diatas.

Sikap Megawati yang berani bertaruh atas nama sihir Kebhinnekaan dan Kebangsaan tersebut seperti sebuah parodi dari upaya-upaya Putri Sofia dengan bandul liontin yang memiliki kekuatan mustajab atas kehendak yang ada pada dirinya. Kemampuan membaca bahasa-bahasa perlawanan warga yang menolak kedatangan Ahok dipelbagai upaya blusukan dan kampanyenya atau membaca bahasa mereka yang berduyun-duyun ke Ibukota untuk melakukan Aksi Unjuk Rasa Bela Islam III nanti. 

Kekuatan mantra atas nama Kebhinnekaan tersebut di lawan oleh pertunjukan langsung adanya sikap tegas dari banyak suku, Sunda, MInang, Jawa, Bugis dan bahkan mereka yang satu etnis dengan Ahok yang ikut dalam barisan Aksi Bela Islam III nanti. Kebhinnekaan ala Megawati dan Kebhinnekaan ala warga ternyata tidak begitu mirip.

Atau Parade Nusantara Bersatu ternyata di timbrungi oleh beberapa ulama yang sadar bahwa ada misi-misi yang oportunistik dari beberapa komponen yang ingin mengkonfigurasi gerakan sebagai sebuah gerakan Indonesia menentang Aksi Damai Ummat Islam. Kebangsaan dari skema para pendukung Kebhinnekaan 'ala Megawati ternyata juga masih belum mirip dengan kebangsaan yang di pahami oleh para peserta Aksi Bela Islam III.

Alhasil mantra-mantra yang sebelumnya begitu tokcer mendadak melempem oleh lantunan dzikir dan doa-doa yang dimunajatkan kepada Pemilik Langit. Bagaimana pun juga Langit memiliki filter yang luar biasa hebat untuk menyortir antara mantra berbau sihir dengan doa-doa yang dilantunkan oleh alim ulama ketimbang mantra yang disuarakan oleh seseorang yang nongkrong di warung dengan background tumpukan botol-botol beras kencur, kunir asem dan brotowali. 

Sekalipun ada tudingan seseorang telah memodifikasinya dengan efek digital dari kehebatan Adobe Photoshop sehingga terkesan sedang meneguk kesegaran bir dingin tetaplah bisa dibedakan antara lantunan keinginan alim ulama dan ummat untuk Indonesia yang lebih baik dengan Indonesia untuk kepentingan sesaat untuk mempertahankan bisnis para pemilik modal besar tersebut.

Mari kita tunggu apakah 'sihir' Megawati akan kelelep di antara tadahan tangan dari jutaan ummat se-Indonesia untuk Indonesia kembali ke arah yang benar atau kesabaran warga di tuntut untuk lebih lama lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun