Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Berudu atau Kecebong, makhluk hidup yang sedang menuju transformasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

ILC Membuktikan Berkali-kali, Tuhan Memang Tidak Pernah Tidur

6 Desember 2017   09:43 Diperbarui: 6 Desember 2017   10:07 5313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Allah tidak mengantuk dan tidak tidur." (QS. Al-Baqarah: 255)

Beberapa website agama lain pernah juga penulis lihat menuliskan kalimat yang kurang lebih sama cuma minus rujukan pernyataan. Dan mungkin bisa diduga itu bagian dari persentuhan sosial penganut agama tersebut dengan muslim. Interaksi sosial memang menghasilkan adaptasi-adaptasi nilai dan prilaku.

Artikel ini bukan membahas perihal Tuhan tidak akan pernah tidur, karena sudah fixed, firmed dan tuntas. Jadi tidak perlu untuk dibahas lagi. Mending kita membahas tontonan menarik semalam di acara ILC tentang perlu tidaknya #ILCReuni212 dengan beberapa narasumber seperti Al Mukarrom Ustadz Abu Janda alias Permadi Arya yang mewakili Ansor --underbouw NU, Denni Siregar seorang penggiat medsos, Aan Anshori seorang penggiat LGBT dan juga tokoh JIL serta beberapa peserta aksi Reuni 212 kemaren seperti Felix Siauw, Muhammad Al Khattab. Adapun Fahri Hamzah dan Fadli Zon untuk memberikan nutrisi sisi politis bagi para peserta Reuni dan penentangnya.

Tontonan di TV One tersebut membuat penulis sekali lagi mendapatkan bukti bahwa Tuhan tidak akan pernah tertidur sehingga akan selalu tahu kebutuhan ummatnya, mulai dari kebutuhan dasar hingga kebutuhan tertier. Menurut penulis, kebutuhan kita untuk sesuatu yang relaktatif, hiburan yang indrawi hingga suguhan lucu untuk mood adalah kebutuhan mendasar. Sungguh semalam, sekali lagi Tuhan Maha Baik, Maha Benar dan Maha Tahu dan memberikan apa yang menjadi kebutuhan kita. 

Kehadiran Al Mukarrom Abu Janda yang cerdas dan sangat dalam keilmuan agamanya membuat penulis mendapatkan insigth, sebuah situasi damai yang muncrat dari lubuk sanubari. Ilmu tentang hadits, ilmu tentang khazanah islam seperti bendera tauhid Ar-Royyah dan Al-Liwa sangat mumpuni sehingga audiens seperti penulis mendapatkan informasi yang teramat berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Begitu juga dengan Denny Siregar, seorang penggiat media sosial dengan jumlah follower hingga menembus 2.4 juta pengikut aktif. Bayangkan, jika seorang penggiat media seperti pria penyuka kopi ini menerima info-info terkini tentang jumlah peserta Reuni212 yang --hanya-- 35 ribu saja tapi diaku-aku sebesar jutaan. Kritik yang ilmiah dari Denny merupakan cara Tuhan menunjukkan bahwa ciptaanNya tidak akan pernah tidak sempurna.  Tentu saja dari atas menggunakan drone's view akan menghasilkan pemandangan coklat yang sempurna sesuai dengan beberapa jepretan kamera digital yang bisa kita unduh sebebas-bebasnya.

Denny berhasil memberikan bukti bahwa nalar itu penting, tapi jauh lebih penting adalah hati yang bersih dan jauh dari dengki.

Setelah era Komeng dan mulai meredupnya Cak Lontong, Tuhan segera memberikan kita pengganti yang tidak kalah kelasnya. Komeng yang serius dalam akting lucunya sejatinya membutuhkan ketangguhan psikis agar tidak terjebak dalam peran. 

Di kehidupan sehari-harinya Komeng adalah pria lucu dalam keseriusannya. Begitu juga Cak Lontong, seorang alumnus ITS. Seorang teknokrat seharusnya namun mendedikasikan kesehariannya untuk membuat paradoksal dan humor yang penuh satire.

Al Mukarrom Abu Janda dan Denny Siregar adalah hadiah Tuhan dari kita semua. Hadiah di saat kelak kita membutuhkan kesegaran jiwa, hiburan indrawi dan memperbaiki mood yang mungkin sedang terpuruk saat melihat begitu banyak bencana tapi ada juga yang masih sempat berpesta 7 hari dan 7 malam dan mengendarai kereta kencana.

Terima kasih Tuhan, Engkau begitu mengerti kebutuhan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun