Ada artikel yang menegaskan bahwa aksi 313 adalah kampanye terbuka untuk memenangkan Anies Baswedan dan itu sebuah pernyataan yang tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya keliru. Bahwa substansi dari aksi 313 adalah mendeklarasikan bahwa tafsir keharaman memilih non muslim sebagai pemimpin sudah final. Jika pun masih ditemukan sebagian kecil umat islam yang bersikukuh kehalalan memilih seseorang yang menghina kitab suci dan ulama sebagai pemimpin tetap menjadi sebuah dialektika internal umat dan meminta pengertian non muslim untuk menahan diri tidak melibatkan diri secara aktif di dalamnya.
Aksi 313 adalah sebuah mata rantai yang memang disimpulkan oleh umat sebagai bagian dari eskalasi umat islam mencari dan menentukan pilihannya  untuk memilih kepemimpinan. Bahwa adanya pasangan yang salah satunya adalah non muslim dan lugas disangkakan sebagai pelaku penghinaan pun telah menjadi perhatian umat. Dan menjadi titik konsentrasi gerakan agar pasangan tersebut tidak menjadi obyek pencarian.
Pernak-pernik prestasi yang digaungkan seperti memberangkatkan para marbot umroh, membangun masjid tidak sebanding dengan merubuhkan masjid dan sikap penghinaannya kepada Islam. Bahwa ada beberapa kebijakannya yang anti seperti pelarangan takbir keliling saat perayaan malam takbiran, penggunaan lapangan Monas untuk kegiatan tabligh serta melarang sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan qurban adalah manifestasi penentangannya kepada syariat islam.
Dan betul bahwa aksi 313 adalah ekspresi perlawanan umat islam secara mayoritas kepada upaya-upaya sistimatis dari pemerintahan Jokowi dan beberapa komponen warga yang memang tidak sebaris dengan sikap-sikap umat islam.
Salam Takbir Untuk Kemulyaan Islam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H