Hari ini seperti napak tilas kembali
Ngurah Rai berjalan mengendapendap
Mata jalang merayap
Mengintai serdadu menjepit ibu pertiwi
Menyapu jalan di bawah terik matahari
Kutemukan kembali makna gerilya cermin Ngurah Rai di zaman pancaroba
Saat itu mereka sebenah hati
Satu cita kata bebas tanpa tirani
Dapat bebas tentukan hasrat hati
Kehendak tertuntun di sana dan di sini
Kini wujudnya beda tapi hakikat sama
Mewujud mimpi di balik pesan
Dalam lingkaran bulan terbaca angka
Pilihan dinamis yang telah ditentukan
Lalu, tanpa aturan petik kesepakatan
Saat kau mau, aku mau katakan
Kala maumu itu maukah kamu
Kesepakatan semacam sikap elegan
Paham kemauan itulah kemerdekaan
Merdeka tidak terpetik dari satu rasa
Tapi, merdeka musti berasal dari rasa sejiwa
Meski berjiwajiwa rasa tumbuh setiap dada
Hilang empati semua akan tak bermakna
Puri Kampial, 01.09.2016. Puisi: Imam Muhayat
Â
Â