Nuh bersaksi tanpa sedikit ragu
Suara itu datang dari langit biru
Pecah di dada yang lagi beku
Banjir bandang akan memacu gelombang
Labuhlah pikiran menguat pancang
Perakitan galah-galah pemecah gelombangPikiran menenang mengubah pesan
Mesti segera ada yang diselamatkan
Sinergi kehidupan hitung bawaan
Siap muat benih biak jaga kelestarianSaat itu kiranya ia sedikit pucat pasi
Anak sendiri tambuh mengabuh
Menutup lobang serapat telinga tuli
Teriak bapak cuma dianggap keluh
Air membukit menerkam si-anak abi
Tak seperti Ismail iyakan nurani sejati
Akhirnya tak ada yang tersisa
Terlumat habis air bah mengangkasa
Kecuali rombongan yang masih percaya
Di balik suatu peristiwa
Belakangan siap atasi gelombang
Perahu-perahu besar terpetik dari kiasanJika peristiwa dapat kita kuak hikmahnya
Pencermatan alih kedalaman isi kandungannya
Di langit dan di bumi semua milik-Nya
Dapat melarik bulir-bulir ranum dikulum senyum pada meja-meja tersaji rataDi atas geladak kapal Dharma Lautan Utama, Gilimanuk-Ketapang, 12.09.2016. Puisi: Imam Muhayat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H