Tujuh menit jarijari rodaku berputar
Menuju ke arah mentari selimut fajar
Sasar mekar cuaca dingin di Batu
Menusuk jaket yang membalut tubuhku
Sampailah tujuanku di pasar pagi
Siar riuh rendah tawar menawar terjadi
Pada lorong-lorong senggol melolong
Merajak dagangan di lapak kelonthong
Tertata rapi sebelum rekah mentari bersalam pagi
Di sini tergambar jelas lincah tangan-tangan petani:
Saat membajak mengaduk tanah; tabur biji tunas bersemi; tangkai lunglai alir air dimulai; mekar rimbun di ubun-ubun
Anak negeri menjemput rezeki
Remas pesan di kepalan
Khutbah pengulu di pesta perkawinan
Saatnya panen raya mengindah rasa
Pijak kaki petani jelajah buana persada
Angkut sana angkat sini hasil bumi
Penuhi kebutuhan dalam negeri
Kualifikasi hasil bumi kualitas tinggi
Diekspor dengan harga meroket tinggi
Banggalah, ia sebagai penyangga negeri
Pahlawan tanpa tanda jasa dan prasasti
Empatinya tak perlu diragukan lagi
Di pasar pagi
Wajah bingar menjajakan hasil petani
Tampang lelaki tampil lebih gagah lagi
Lekuk tubuh perempuan rias lebih seksi
Wajah-wajah bingar selalu rekah di sini
Lagi-lagi, dari tangan-tangan petani
Ia selalu menabur biji bertunas rekah hati
Batu, 31.08.2016. Puisi: Imam Muhayat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI