Silaturrahim merupakan aktivitas yang dianjurkan dalam Islam. Kegiatan tersebut mengindikasikan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial agar mampu mengadakan komunikasi, interaksi antar manusia dalam mencapai tujuan hidupnya yang bergantung dengan konsep silaturrahim. Tidak ada permasalahan yang tidak selesai manakala dapat menempatkan silaturrahim sebagaimana proporsi yang sesungguhnya. Saat mencermati silaturrahim yang tercantum dalam  buku indeks Fatkhur Rahaman dalam Lithalibati Ayat al-Qur'an membahas dan terkait dengan silaturrahim tidak kurang dari 150 ayat dalam al-Qur'an.
Dari pencermatan isi dan tema-tema yang diangkat tersebut banyak membahas tentang peran, masalah, manfaat dan fungsi serta tujuan silaturrahim yang sedemikian baik agar dapat dilaksanakan oleh setiap individu dalam menghadapi suatu proses kehidupannya. Sehingga apabila dapat memaknai pesan Rasullullah dalam Atsarnya yang mengatakan, "silaturrahim dapat memperpanjang umur" memang benar adanya. Tentu hal ini konteks memperpanjang umur yang ditransformasikan secara arti lughawi maupun maknawi dalam kehidupan sosial.
Pada tahun 2005 dan 2009 dalam memaknai sillaturrahim dalam kehidupan sosial-keagamaan secara real pernah menjadi perjalanan yang menantang pribadi ini. Pertama, saat itu 2005, kami dalam kepanitian pembangunan tempat Ibadah masih ada kendala yang terkait dengan lingkungan. Di mana tempat ibadah tersebut kami renovasi total. Rupanya kemudian muncul masalah baru dengan lingkungan tentang status awal renovasi itu. Karena permasalahan yang tidak kunjung selesai hingga mencapai tiga bulan lebih, maka sebagai orang yang ada di depan introspeksi diri apa yang sesungguhnya terjadi. Setelah merenung dan banyak bercermin diri apa yang salah. Akhirnya, hampir satu bulan lebih mondar-mandir mengadakan koordinasi dengan lingkungan setempat berbagai permasalahan diungkap. Akhirnya semuanya dapat diselesaikan dengan baik dan penuh kenyamanan. Kini, alhamdulillah tempat ibadah tersebut berdiri kokoh dan tentu menjadi aset umat dan lingkungan yang seharusnya selalu dijaga dan dipelihara bersama untuk kepentingan membangun konsep keumatan dan masyarakat.
Kedua, tahun 2009, yang pada saat itu saya memang barusan kehilangan pekerjaan yang selama itu saya tekuni sebagai Art Painting Dealer Collection. Di tengah-tengah pencarian tersebut, setiap hari saya lewat menyaksikan ada sebidang tanah yang cukup luas dengan pemilik yang jelas saya ketahui yang terpampang tulisan, "tanah ini tidak boleh dibangun". Merasa tertantang dan memang saat itu saya harus dapat bangkit kembali untuk meraih kembali peluang pekerjaan yang baru lagi. Maka saya mengadakan pendekatan dan koordinasi dengan pemilik tanah yang baik itu. Saya katakan bahwa saya ingin membuka peluang usaha yang ada di tanah tersebut kalau diizinkan. Dengan memberikan berbagai gambaran dan perencanaan yang jelas, maka lahan tersebut akhirnya saya urus agar dapat menciptakan mata pencaharian bagi banyak orang.
Penelusuran medan dan permasalahan diidentifikasi satu demi satu akhirnya dapat diketahui pokok utama yang selama ini menjadi permasalahan tersebut. Target saya waktu itu agak begitu romantik dan normatif dengan tujuan membantu pemerintah dalam menciptakan pekerjaan bagi warganya. Satu visi, misi itu saja yang saya pegangi pada saat sowan kepada Kelian, Bendesa Adat, Bapak Lurah, Bapak Camat dan Satpol PP. Hari demi hari saya lalui dengan tabah dan menghadapinya dengan saling menghargai dan selalu memperhatikan apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab, serta berbagai kepentingan terkait dengan pengelolaan lingkungan, maka dengan senang hati semuanya memberikan rekomendasi bahwa tempat tersebut dapat difungsikan lahan semacam Pujasera (Pusat Perbelanjaan Serba Ada) yang konsentrasinya dengan seluruh menu makanan tersedia di tempat tersebut.
Mengambil hikmah dari itu semua, ternyata semuanya tergantung sillaturrahim yang dibangun dengan baik dan saling menerima dan menghargai dan saling pengertian yang dibangun melalui dialog, kiranya berbagai permasalahan dapat diatasi dengan baik. Silaturrahim dan dialog terkadang membutuhkan waktu lama, sikap-sikap persuasif memang memerlukan ketabahan dan kesabaran yang tidak ringan dan terkadang mencapai titik jenuh yang sesungguhnya keadaan seperti ini dapat dihindari sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Alhamdulillah, dengan hubungan yang baik dan sillaturrahim yang terbangun dengan tokoh-tokoh yang ada di lingkungan tersebut, kini di belakang Pujasera itu sudah terbangun Pendidikan Terpadu dengan adanya TK/Raudhatul Athfal, MI, M.Ts, mudah-mudahan langkah-langkah itu dapat mencapai tujuannya yaitu ikut partisipasi aktif dalam pembangunan bangsa yang berpendidikan, berperadaban, berkesejahteraan lahir dan batin sebagaimana cita-cita bersama bagi bangsa Indonesia. Wallahu a'lam. Imam Muhayat. Bali, 7 Septermber 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H