Selama PP Bali-Malang, sudah lumayan banyak lembaga-lembaga pendidikan yang dapat saya kunjungi sepanjang perjalanan. Saat-saat di Batu, Malang dengan kegiatan akademik dan berbagai diskusi lingkar kecil terkait kegiatan akademik, baik di kelas maupun di rumah kontrakan, nyaris terasa waktu begitu cepat berlalu.
Di sela-sela kepenatan mengarungi perjalanan bersama sahabat-sahabat selama di Batu, Malang, sesekali menyisihkan waktu untuk traveling di seputaran wisata Malang, kota Surabaya, Pulau Madura, seputaran kota Jombang, Blitar, Tulungagung, dan sebagian teman lainnya hingga sudah menjelajahi kota Lamongan, Ponoroga, Solo, Yogya. Suatu waktu camping-ria di puncak Gunung Bromo menikmati indahnya Bromo sore hari  dan akrabi dinginnya pada malam hari.
Kepadatan aktivitas itulah menjadikan penundaan dapat mengunjungi lembaga pendidikan milik seorang sahabat di Malang dan di Bali sebagai tetangga perumahan seberang jalan. Lembaga yang ingin saya kunjungi itu, selain sebagai lembaga pendidikan, berfungsi Bording House. Semacam Ma'had al-Islami berhasil didirikan oleh seorang sahabat yang mempunyai cita-cita itu semenjak berada di Bali. Cita-cita itu suatu ketika terekan di sela-sela pertemuan dengannya.
Pada malam hari, medio Agustus 2014, saya dengan senang hati mengunjunginya. Saat menemukan lokasi, saya bersyukur melihat keberhasilan ikhtiar itu. Sebelum masuk area Ma'had dengan menyaksikan tataruang bangunan yang berdiri megah pada puncak ketinggian  yang leluasa membidik indahnya kota Malang, hati ini membuncah. Betapa kebaikan selalu akan terpendar manakala Ia memang meridoinya.
Foto: Gedung nampak dari luar pagar pada suasana malam hari, dokumen pribadi
Kebetulan sahabat pendiri lembaga pendidikan di Malang itu, saat saya konteks lewat ponselnya baru saja landing di Ngurah Rai, Tuban, Denpasar. Saya memang tidak harus ditemaninya di lokasi. Ia kemudian mempersilakan saya mengunjungi lembaga sebagai wujud pengabdian sembari menyampaikan, "nanti akan dipandu untuk melihat-lihat lokasi lembaga pendidikan dan ma'had oleh ustadz yang biasa bertugas pada malam hari." Demikian berita yang dapat saya terima lewat HP yang barusan keluar dari saku.
Saya mengiyakan dan mengucapkan terima kasih atas sambutannya nanti, agar saya dapat mengapresiasi lembaga yang barusan menapaki awal tahun penerimaan santri dan siswa-siswi yang datang dari segenap penjuru Nusantara tersebut. Mereka datang dari seputaran Malang, Bali, Papua, Kalimantan, dan Sumatera.
Sebelum memasuki lokasi, saya sempatkan mengitari sekitar lokasi ma'had agar bisa mendapatkan sketsa awal konsep sosiologis lembaga pendidikan itu. Selesai semua itu, saya masuk dan langsung disambut dengan ramah oleh ustadz yang sebelumnya sudah saya terima  beritanya dari sahabat saya dari Nusadua. Selama ini menekuni profesinya sebagai pengusaha leather melayani pedagang domestik dan ia sudah merambah pasar ekspor mancanegara.
Sebagai lembaga pendidikan yang baru berdiri seumur jagung, atas kiat dan semangat, silaturrahim yang diperankan oleh pendiri beserta yang berkompeten lainnya, maka lembaga pendidikan itu sudah dapat meraih santri dan siswa yang dapat memenuhi target awal dalam pengelolaan lembaga pendidikan.
Mencermati psikologi santri, siswa-siswi yang kebetulan saat itu yang putri lagi makan dan yang putra ikut menyambut kedatangan saya, maka dapat saya ilustrasikan bahwa mereka dapat menikmati kegembiraan menjalani pendidikan di lembaga ini. Tidak lain karena terdukung dengan konsep tataruang yang sarat nilai-nilai aestetik alam lingkungan, baik yang ada di dalam dan luar lokasi yang secara langsung hamparan pemandangan kota Malang begitu terlihat lapang dapat dibidik dari lokasi pendidikan tersebut.
Kelengkapan-kelengkapan kelas nampak tertata rapi dan terprogram. Halaman bermain, taman sekolah, joglo-joglo, jembatan buatan penghubung antartaman dengan kolam ikan yang bersih dapat mendukung kegiatan ekstra dan muatan lokal dengan Tahfid Alquran, dan kompetensi bahasa Inggris dan bahasa Arab yang harus dikuasai oleh semua santri yang belajar pada lembaga pendidikan itu. Belakangan saya dengar penutur aseli bahasa dari negeri Kanguru ikut terlibat di dalamnya dalam pengelolaan lembaga pendidikan tersebut. Harapannya penjaminan mutu terhadap penguasaan salah satu kebahasaan dapat terealisasi dengan baik.
Mencermati perspektif ruang pendidikan tidak jarang dapat menguatkan nilai lebih dalam proses pembentukan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dan pembenaman hasil pendidikan yang dapat mengaliri pikiran, hati, dan jiwa dalam nilai-nilai etika dan keagungan norma agama, lebih memungkinkan persenyawaannya manakala daya dukung perspektif aestetika dapat diakrabi langsung dalam keseharian peserta didik hadir realis di depan mata. Pengolahan tataruang dalam pendidikan berarti juga pembentukan jiwa siswa itu sendiri yang berperang secara tidak langsung namun pasti, dapat mencapai produk pendidikan sesuai yang diharapkan hasilnya. Selamat dan sukses untuk pengelolaan lembaga pendidikannya, semoga bermanfaat bagi masyarakat, Nusa, Bangsa, dan agama penuh ridaNya. Imam Muhayat, Bali, 28 Oktober 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H