Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hindari Cara Berpikir Kacau, Buka Segenap Pintu

4 September 2014   00:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:41 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat dan ilmu merupakan salah satu jalan agar berfikir tidak kacau. Untuk dapat membedakan antara ilmu dan filsafat dapat ditempuh melalui beberapa tahapan yaitu dengan memulai mengidentifikasi karakteristik keduanya secara sistematik dan proporsional. Sebab, dengan dapat mendeteksi sejumlah kriteria dan differensiasinya yang tepat maka akan tampak nyata perbedaan keduanya. Kemudian dengan katarsis klasifikasi itu, ia akan menempati posisi masing-masing sesuai dengan hierarki pendekatannya. Kemudian apa ia sebagai ilmu atau filsafat.

Lebih jelasnya dalam membedakan itu banyak yang dapat dijabarkan. Yakni mengurai penjelasan ungkapan kata ilmu dan filsafat. Kemudian penulis daapat mengambil kesimpulan masing-masing kedua istilah. Maka akan dapat dipahami perbedaan antara ilmu dan filsafat.

Pengertian ilmu. Menurut Syech Az-Zarnuji dalam kitab Taklimul Muta'allim sebagai berikut"

العلم فهو صفة يتجلى بها لمن قمت هي به المذ كر"Ilmu sebagai suatu sifat yang dapat dijadikan sarana menujju ke arah terang dan jelas bagi orang yang memilikinya, sehingga mengetahui sesuatu itu dengan sempurna (dengan ilmu, orang akan dapat menyelesaikan semua perkara dengan sempurna dan baik.

Sedang ilmu menurut Eicherberger, dalam Diciplined Inqury: 1989, 22, menerangkan berikut ini:

"science is commonly defined as, that which has been documented in a painstaking way so that others can identify the assumptions that are being made, review the methods used, and verify with new data (information) that they obstain. (Pada umumnya ilmu dijabarkan sebagai berikut: ia dikokohkan dalam tahapan penjabaran yang teliti, sehingga antara yang lainnya dapat meretas praduga yang sedang diajukan, yatu dengan cara menggunakan metode penelitian dan membuktikan dengan data baru (informasi terkini), kemudian dapat mencapai tujuaan yang diinginkan."

Selanjutnya dapat disimak pendapat Endang Saefuddin Ansari dari kutipan Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag ilmu sebagai: "Science is empirical, rational, general and cumulative, and it is all four at once (ilmu ialah yang empiris, yang rasional, yang umum dan bertimbun-bersusun, dan keempat-empatnya serentak" 47

Dalam Philosophy of Symbolic Forms, Ernest Cassirer, dikutip Nirwan Ahmad Arsuka, pada Esei Bentara dinyatakan bahwa, " Ilmu (ilmu pengetahuan) adalah langkah terakhir dalam perkembangan mental manusia dan boleh dianggap sebagai pencapaian tertinggi dan paling karakteristik dalam kebudayaan manusia. Dalam dunia modern tak ada kekuatan lain yang bisa disejajarkan dengan pemikiran ilmiah. Ilmu diyakini sebagai puncak dan penyempurnaan semua aktivitas manusiawi (2001: 377).

Dari keempat definisi di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa ilmu adalah hasil potensi kreatif menuju paripurna atau keparipurnaan itu sendiri. Baik hal itu datang dari struktur konsep al-Khaliq dan bisa juga dihasilkan oleh al-Makhluk. Ia dapat dipastikan berdasar atas kriteria empiris, rasional, umum dan bertimbun-bersusun yang serentak bersifat mengurai suatu eksistensi, dengan bersumber data terbaru atau berasal dari kebenaran ilahiyah. Kemudian berakhir dengan fungsi memperjelas dan memberikan penerangan serta meretas secara detil, pasti dan final bersifat pragmatis, dalam upaya mencapai kesempurnaan semua aktivitas manusia dalam perjalanan pemikiran hidup manusia.

Adapun pengertian filsafat sebagaimana kata tersebut berasal dari bahasa Yunani philo berarti cinta dan Sophia berarti kebenaran, artinya cinta kebenaran. Dala bahasa Arab dengan istilah falsafah, dan dalam bahasa Ingris philosophy. Jadi filsafat adalah hasil pemikiran rasional tentang segala yang ada atau wujud untuk mencapai hakikat dan memperoleh hikmah/kebijaksanaan. "Di dalam filsafat unsur rasional merupakan syarat mutlak. Karena alat utama untuk berfilsafat adalah akal dan rasio" (Syamsudin: -------, 1).

Akal/rasio adalah sebagai sarana upaya pencarian kebenaran. Ibaratnya sebagai tatapan pandangan terhadap bintang-bintang untuk mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Dalam pencapaiannya dapat juga diraih dengan landasan kriteria filsafat, Jujun S. Suriasumantri menandaskan, "bahwa filsafat adalah hasil olah fikir yang bersifat menyeluruh, mendasar dan spekulatif.

Ibaratnya filsafat itu adalah cakrawala pemikiran yang menempati pada satu sisi sebuah bidan segi tiga yang terdapat dalam lingkaran. Kemudian ujung atas segi tiga tersebut ditarik garis lurus dengan ditandai titik focus. Pada ujung segi tiga atas berbunyi filsafat. Sedangkan pada sisi kiri bawah filsafat sistematika. Pada kanan bawah segi tiga berbunyi filsafat keilmuan. Dan diantara kiri kanan bawah focus segi tiga berinisial filsafat khusus. Baik sebagai filsafat sistematis, khusus dan keilmuan, maka masing-masing mempunyai beberapa cabag pembahsan sesuai dengan pola pendekatannya.

Sebagai bentuk bola lingkar akan mudah berputar sesuai dengan kekuatan daya dorong dari mana asalnya. Dalam perkembangan selanjutnya, maka akan terdapat kemungkinan-kemungkinan lain, di mana posisi segi tiga dalam lingkaran tersebut bisa menggelinding dengan leluasa yang dapat memutar posisi yang semula. Bisa jadi ilmu-ilmu merupakan sebagian dari cabang filsafat. di dalam diskusi pertanyaan akan berkembang, "Lebih dulu mana antara filsafat dan ilmu itu?" Seperti halnya mempertanyakan, ayam atau telurkah yang lebih dulu ada.

Dengan mengadakan perenungan model struktur tersebut di atas, maka akan nampak jelas perbedaan antara filsafat dan ilmu. Fisafat sebagai lembar payung ilmu. Dan ilmu merupakan sebagian dari cabang filsafat. Pada perkembangannya, kata Suriasumantri ilmu mengatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya kepada hakekat alam sebagaimana adanya.

Alasan semacam itulah kemudian tumbuh berbagai macam filsafat diantaranya: filsafat agama, filsafat matematik, filsafat ilmu fisik, filsafat biologi, filsafat linguistic, filsafat psikologi, filsafat seni, filsafat kebudayaan, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat multicultural, dan masih banyak yang lain sesuai irama perkembangan zaman dengan berbagai pertumbuhan ilmu pengetahuan yang menjadi fitrah kehidupan bahwa ilmu manusia hanya amsal tetes air yang ada di lautan di balik keberadaan-Nya. Kebenaran tunggal mutlak adanya.

Dengan demikian akan lebih jelas lagi manakala dapat mendeferensiasikan antara ilmu dengan filsafat. Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas tentang sesuatu, diperlukan beberapa kriteria juga kategori. Sebab hal itu sebagai langkah pertama menemukan pengertian yang jelas pada sesuatu pembahasan tersebut. Kriteria dan kategori yang dimaksud adalah terdiri dari substnsinya dan aksidensinya, atau dapat disebut yang pertama predikamen substansi dan kedua predikamen aksidensi.

Logika Praktis mengungkapkan terhadap cara menempuh bagaimana agar dapat mendapatkan pengertian yang jelas dan lengkap, maka harus melewati tahapan pemikiran tentang sesuatu hal sebagai berikut: "Bahwa predikamen substansi yang dinyatakan dalam kata yang dalam gramatika umumnya disebut kata-kata substantive. Sedangkan predikamen aksidensi yaitu kualitas, jumlah sekian banyak dari atau pun satu diri yang mempunyai besaran; kualitas, sifat perwujudan sebagai ciri atau tanda pengenal; aksi, tindakan yang mempengaruhi dalam perbuatan; passi, kesan yang dipengaruhi dari perbuatan; relasi, hubungan dengan bergai hal lain; ruang, tempat yang menyertai di mana sesuatu itu ada; waktu, tempo yang menyertai kapan sesuatu itu ada; posisi, kedudukan sesuatu itu berada dalam suatu tempat;  keadaan, kepunyaan khusus yang menyertai kedudukan". Dari kategori yang ada tersebut agar dapat melihat perbedaan keduanya, maka perbedaan antara ilmu dan filsafat akan lebih jelas dan lebih lengkap.  (Bakry: 1989, 16)

Apabila dilihat dari kategorinya, maka filsafat mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan kategori, misalnya: substansi, membicarakan hakekat sesuatu secara mendasar, menyeluruh, dan spekulatif; kuantitas, aksidensinya memayungi berbagai disiplin keilmuan; kualitas, keluasan tinjauan yang diembannya.; aksi, melahirkan berbagai macam bidang keilmuan; passi, dijadikan rujukan jalan pemikiran dan penalaran; relasi, ketergantungan cabang-cabangnya menjadi suatu kenyataan; ruang, medan pijak pertama terhadap keberadaan sesuatu; waktu, keberadaannya mendahului yang lainnya; posisi, berdiri kokoh pada pijakan pertama, walau pun kemudian ditinggalkannya; keadaan, kemerdekaan berfikirnya yang menyeluruh, mendasar dan spekulatif.

Selanjutnya kategori ilmu dari keterangan para ahli, bahwa ilmu atau ilmu pengetahuan itu mempunyai ciri-ciri, tanda dan syarat-syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, umum dan komulatif. Selanjutnya dapat dirumuskan bahwa ilmu pengetahuan itu ialah pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang sesuatu hal yang diselidiki, sejauh daya jangkau pemikiran manusia dibantu penginderaan manusia. Di mana kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental. Kesimpulannya adalah bahwa ilmu atau ilmu pengetahuan itu mempunyai ciri-ciri dan tanda serta syarat-syarat khusus yaitu sistematis; rasional; empiris; umum; komulatif; kebenarannya diuji dengan riset; baik secara literer maupun observasi di lapangan; kebenarannya diuji dengan eksperimental; dapat dijangkau dengan pengindraan; dapat dijangkau dengan pemikiran; dan bersifat pragmatis, bermanfaat bagi manusia.

Akhirnya untuk mencoba memahami keduanya, agar supaya dapat memilah-milah apa ia sebagai filsafat atau sebaliknya ilmu. Sesungguhnya semuanya merupakan "Hikmah" yang datang dari eksistensi dzat tertinggi, dan manusia hanya mungkin dapat meraih sebagian-sebagiannya saja. Kata William Shakespeare, "Masih banyak lagi di langit dan di bumi, selain yang terjaring dalam filsafatmu." (Telaah berbagai Sumber: Imam Muhayat. Bali, 3 September 2014. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun