Percumbuan ikan itu menarik para ilmuan. Uniknya dari gerak sirip-sirip dan katup tangkup insang selalu terdapat pesan. Bahasa yang selama ini belum dipecahkan semua sandi. Dengan kekuatan karomah nabi. Jauh sebelum itu telah terurai. Atas kemurahan Sang Penerjemah Tunggal berkenan menguatkan akal yang terberi.Â
Suatu waktu nabi Sulainan dikulum senyum. Saat kawanan semut berbisik kecut. Nyinyir pada derap pasukan kavalerinya melecut kabut. Dawudpun dengan fasihnya mendengar percakapan burung-burung. Merancang suatu gerakan terbang melintasi deretan negeri. Migrasi di tempat habitat yang tepat dihuni. Belajar dari itu semua. Manusia tak ubahnya seperti kecermatan naluri mereka. Selalu mencari yang nyata. Di balik sepinya yang hendak dirangkulnya.
Karena disana ada yang berbeda. Pada perbedaan selalu terdapat berbagai kemungkinan. Siapapun tak tau di balik semua itu. Â Dengan melihat secara terang keyakinan akan selalu datang. Untuk itu selalu ada perintah dariNya. Agar ikhtiar dan selalu berbenah. Sampai guratan garis mengiris. Dijelang sejak awal di kepak konsep merambah jitunya taktis.
Pada setiap indra yang bersarang di sekujur tubuh ini. Bagaikan sebaran kekayaan tak terbilang nilai. Potensi yang segar yang dipupuk  nutrisi setiap hari. Mesti lebih optimal bernilai pada capaian berbagai tujuan sesingkat waktu yang terberi.
Rumah Pustaka, 04.10.2016. Puisi Imam Muhayat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H