Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merdeka Menjadi Cerah Cakrawala

16 Agustus 2024   10:03 Diperbarui: 16 Agustus 2024   10:05 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber CNN Indonesia.com

Pak Mar, veteran '45, menginjak usia senja. Ia masih saja setia menunggu warung kopinya. Beberapa tahun setelah istri tercinta tiada. Hiburan pelepas sepi ia sibukkan gerak seadanya. Ia rela ke-empat anak tercinta berada di kejauhan. Petak depan rumah menjadi tumpuan harapan. Nafasnya tersengal saat ia mengangkat barang. Tapi air muka tetap terlihat menyala.

Katanya datar sesaat aku menyela. Ia tetap melanjutkan apa yang ia bisa. Kata-katanya masih jelas kudengar. Meski terkadang sedikit kidal akibat banyak hilang deret giginya. Namun tak menghalangi derasnya cerita. Satu-satunya peristiwa yang masih menggelayut di pelupuk mata. Karibnya meregang nyawa. Kata terakhir lirih dari mulutnya hanya satu kata merdeka.

"Merdeka!!," suaranya mendadak kudengar seperti Auman singa belantara. Raut muka berubah menjadi merah. Rambutnya memutih satu hitam pun tak tersisa. Wajahnya merah ujung kepalanya putih. Sejenak aku memahami ini cahaya Illahi. Ia merengkuh fitrah hidup hakekat kaum sufi. Merah mencairkan nadi darah meredam kendali di pangkal ujung hati. "Merah darahku putih-lah jiwaku," tafsir-ku dalam profilnya.

Suatu saat fajar subuh tiba. Aku melihatnya  tafakur di depan mihrab. Ritual dijalaninya hingga menjelang cahaya mentari menyapa mayapada. Aku coba  mengintipnya dari kejauhan. Agar tak seolah-olah aku kepo sendirian. Nyatanya jalan panjang masih pula terus ia lakukan. Seolah-olah ia tak rela. Meski sejengkal waktu sirna tanpa sekerat tujuan. Lalu aku menerawang cakrawala. Merdeka itu apa ...

Imam Muhayat, 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun