Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Serenade 17-an, Kawan

16 Agustus 2023   20:22 Diperbarui: 16 Agustus 2023   20:34 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokpri Imam Muhayat

Saat kata-kata ini aku susun. Mega senja membasuh cakrawala. Bentang skala tampak tak terbaca. Sebab malam datang. Gelap menutup taburan cuaca. Lama sudah taman ibu tak terjamah. Sampah menumpuk di segala arah. Bisu angka terbaca di balik cermin sujana.

Baiknya, aku bertanya kepada siapa? Pantasnya siapa izin kemana? Tepatnya kemana mengadu siapa? Oligarki-kah penyebab ini semua? Meski 78 tahun merdeka gamang masih ada. Seperti rerumputan liar puteri malu. Entah di ujung Timur Sorong Papua atau di jantung IKN Kertanegara. Puteri malu tak pernah beda.

Sementara, saat bapak revolusi berdiri tegak di podium PBB mendongak. Seraya bersajak gemuruh tepuk tangan merajak tonggak: Believe in God. Humanity. Unity. Democracy, and. Nasional justice. Hadirin terkesima aura besar sebuah bangsa.

Pada angin aku bertanya. Pada cakrawala aku cerita. Dalam sunyi aku bernyanyi. Jawaban pasti katanya tak pernah selesai.

Nusa Dua, 16 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun