Saat kata-kata ini aku susun. Mega senja membasuh cakrawala. Bentang skala tampak tak terbaca. Sebab malam datang. Gelap menutup taburan cuaca. Lama sudah taman ibu tak terjamah. Sampah menumpuk di segala arah. Bisu angka terbaca di balik cermin sujana.
Baiknya, aku bertanya kepada siapa? Pantasnya siapa izin kemana? Tepatnya kemana mengadu siapa? Oligarki-kah penyebab ini semua? Meski 78 tahun merdeka gamang masih ada. Seperti rerumputan liar puteri malu. Entah di ujung Timur Sorong Papua atau di jantung IKN Kertanegara. Puteri malu tak pernah beda.
Sementara, saat bapak revolusi berdiri tegak di podium PBB mendongak. Seraya bersajak gemuruh tepuk tangan merajak tonggak: Believe in God. Humanity. Unity. Democracy, and. Nasional justice. Hadirin terkesima aura besar sebuah bangsa.
Pada angin aku bertanya. Pada cakrawala aku cerita. Dalam sunyi aku bernyanyi. Jawaban pasti katanya tak pernah selesai.
Nusa Dua, 16 Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H