Pada jalanmu  kurapak seribu jejak. Merajak pada tonggak sajak. Tapak-tapak sahaja ziarah lini masa. Seperti kata tetua begitu membahana. Impian itu hanya khayalan. Kepastian adalah pacuan fajar subuh. Suluh bersimpuh di kaki langit. Menggamit mega mega rida semesta raya.
Saat itu kupacu langkahku. Pada ujung kubu dimana dulu ibumu hikmad meniti waktu. Tak surut pula seperti searah langkahmu. Cinta itu meski setipis bibir waktu tak berlalu. Meski lulur kaki terasa nyeri. Walau risau setajam pisau. Denyut nadi hiduplah diri. Sampai waktu usai yang terberi.
Kabarkan kepada angin. Aku memanjat ketinggian. Bersemayam pada awan gemawan. Istirah ibrah di pagi sunyi hingga dini hari. Agar dapat menabur dingin di ceruk dalam jiwamu.
Tuhan ...  Tak setitik awan berkalang cakrawala tanpa telunjuk jari-Mu. Maka galang rahim-Mu. Menghujani  beranda itu rumah yang kutuju.
Banyuwangi, 13 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H