Tangan apimu. Muntahkan amarah birahi cinta. Terkurung dalam lobang-lobang  peluru. Pemantik menyalak bola api. Bersarang memutus urat nadi. Duren tiga gempar. Hingga semua mata tertutup. Saksikan sumber jeritan suara. Bekas-bekas guratan. Usapan air mata anak-anak pandemi.
Saksi bisu terus membisu. Sementara angin tetap berlalu. Pohon-pohon tetap meranting di sela sisi ruang. Burung-burung pun tetap berkicau. Semuanya ikut bersaksi tanpa alibi. Gagang amunisi siapa. Merenggut nafas siapa. Andakata lini masa Dawud diputar di sini. Tak setitik lidik. Serumit saat ini.
Kini, Duren Tiga kembali. Â Seperti dulu lagi. Pabrik korek api. Migrasi menjilma luapan amunisi. Itu senja menjelang petang. Tanpa lampu penerang. Kegelapan selalu menjadi penghalang.
Di sini aku bersaksi. Bahwa tiada kata tanpa mengungkap makna. Juga tiada suara jika tanpa gesekannya. Apalagi, peristiwa tanpa sebenar penyebabnya. Betapa gelap selalu bersarang pada malam hari. Irisan fajar pasti cerah di esok hari.
Imam Muhayat, Nusa Dua, 31 Juli 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI