bukan sebab aku tak lagi mencintai suamiku
memilihmu jadi suami yang mencintaimu
aku tau, disaat ia berada di sampingmu
rasa rinduku mesti menyatu denganmu
jika ia dalam dekapanmu, seperti aku dipeluknya sepanjang waktu
aku lamar kau bukan alasan umurku
bukan pula yang kuasa tak memberinya permata itu. hanya ia yang maha tau
lebih dari itu, karena ia kekasihnya yang mesti kujaga cintanya tak lapuk oleh waktu
aku mencintainya selama yang dicinta merasa lega dengan cintaku
"hajar," serunya yang sepenggal kata itu saja seperti terasa suara penuhi angkasa
memberinya kesan yang tak pernah sedalam ungkapan dari kini sampai zaman nabi adam
menghunjam jauh di lubuk hati hajar yang terdalam
tentu tak mungkin hajar sendiri menolak semua yang diinginkan
hajar tau benar siapa ibrahim dan sarah didengar manis sejak ia seumur usia masuk sekolah
keagungan nama dan budi tak ragu hati
jadi buah bibir yang elok di kampung sepi
kesan sakti pada bara api yang tak sanggup menghanguskan raga
tambah yakinkan cinta yang tak pernah tumbuh selain padanya
meski hajar di hatinya berbungabunga
sampai ucap tak muat rekah di kata
ia nampak tersipu malu luar biasa
gadis belia tak perlu berkata apa adanya
cukuplah air muka terbaca jelas di binar pandangan mata
Situbondo, 12.09.2016. Puisi: Imam Muhayat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H