Gunung, ngarai, ladang, dan lorong-lorong
Tanah basah selalu kujaga di kota dan desaku
Hingga tak satupun ruang kosong tanpa pohon
Rimbun membumbun dusun satu keseribu
Kesadaran ini kutata agar air selalu mejadi biopenololong tak pilih kolong
Air mengalir jauh pipa-pipa tertanam
Memasuki beranda-beranda desa dan kota
Investor tinggal membuka neraca ketam
Keramatkan catatan sembarang laci meja
Pelanggan kerutkan dahi
Air produk sendiri yang terbeli sekadar dikit puasi untuk masak dan mandi
Suatu saat teriakku melengking berkalikali
Selalu saja jawabmu sederhana
Seperti rasa tak pernah salah dan dosa,
"Begitulah adanya," kilah itu saat waktumu kembali semoga tak akan bermandi lahar merapi
Kata bosan laporan di kantor sana
Sudah biasa keluar dari mulut warga
Sedikit ada evaluasi ditindaklanjuti
Hingga terpetik sikap pasrah dan dongkol di hati
Nusa Dua, 07.09.2016. Puisi: Imam Muhayat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H