Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pasar Pagi

31 Agustus 2016   10:11 Diperbarui: 31 Agustus 2016   10:18 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tujuh menit jarijari rodaku berputar
Menuju ke arah mentari selimut fajar
Sasar mekar cuaca dingin di Batu
Menusuk jaket yang membalut tubuhku
Sampailah tujuanku di pasar pagi
Siar riuh rendah tawar menawar terjadi

Pada lorong-lorong senggol melolong
Merajak dagangan di lapak kelonthong
Tertata rapi sebelum rekah mentari bersalam pagi
Di sini tergambar jelas lincah tangan-tangan petani:
Saat membajak mengaduk tanah; tabur biji tunas bersemi; tangkai lunglai alir air dimulai; mekar rimbun di ubun-ubun
Anak negeri menjemput rezeki
Remas pesan di kepalan
Khutbah pengulu di pesta perkawinan

Saatnya panen raya mengindah rasa
Pijak kaki petani jelajah buana persada
Angkut sana angkat sini hasil bumi
Penuhi kebutuhan dalam negeri
Kualifikasi hasil bumi kualitas tinggi
Diekspor dengan harga meroket tinggi
Banggalah, ia sebagai penyangga negeri
Pahlawan tanpa tanda jasa dan prasasti
Empatinya tak perlu diragukan lagi

Di pasar pagi
Wajah bingar menjajakan hasil petani
Tampang lelaki tampil lebih gagah lagi
Lekuk tubuh perempuan rias lebih seksi
Wajah-wajah bingar selalu rekah di sini
Lagi-lagi, dari tangan-tangan petani
Ia selalu menabur biji bertunas rekah hati

Batu, 31.08.2016. Puisi: Imam Muhayat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun