kukenali namamu dari sini,
… ar rahman
dari pangkal lawatan hingga ujung pertemuan,
ingin mengenal namamu sebagai tautan
bukan tanpa alasan dapat mengakrabi persinggahanmu
yang asing bagi kebanyakan orang
di balik pintu-pintu rumahmu
tergelar lipatan kasih tanpa pilih
ganti waktu memetik rindu
sela cuaca titah kesahajaan
rumahmu cerah di pangkal waktu
terang di ujung pandang
nyaring di lorong rongga telinga
terpetik di alur detak nadi suara
dalam selimut kabut jelas terbaca
… ar rahman, … namamu
bilik-bilik kasihmu selalu terbuka
terbentang bagi siapa saja
yang selalu lapang memasukinya
seperti kesemestaan ini ada
teranyam dari bilah-bilah waktu
tergelar latar mengurai kalkausar
pada selaksa ujung pencarian
… ar rahman
pengasih bertahta raya
lampu-lampu menyala
sayap-sayap menembus angkasa
sirip-sirip membelah samodera
tangan-tangan menguak ceruk kedalaman
… ar rahman, panggilanmu
tangan pengasih genggam kepalan
kian terkuak terbuka kasihnya
pada bentangan jalan sepanjang masa
kasihku untuk semua, seru kalammu mengeja
selimut tabir cuma baris tantangan
keletihan hanya menjauhkan harapan
… ar rahman, asma indahmu
seperti sifatmu yang melekat sebagai pengasih
tambatkan lingkaran tasbih ini
pada kelopak pandangan jauh berkalang
tak lekang saat terjaga
juga tak senyap di kala malam tiba
… ar rahman, di antara deret panggilan
selalu sahaja pada hamparan kehidupan
selembar semesta, mayapada tersaji rata
selipat kejap seperti apa yang ia kata
kelopak aroma penuhi angkasa
Mihrab-2, 31 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H