4.Mengeluarkan kembali, semua informasi dan materi pengetahuan yang telah diterima dan disimpan dapat diproduksi dengan cepat hanya dengan isyarat dan tanda sehingga cepat mengingatnya. Misalnya, dengan bentuk pertanyaan orang lain, maka secara cepat respon akan segera terlukiskan.
Prinsip-prinsip itu tidak jauh berbeda dengan tahap penguasaan berbahasa Inggris pedagang asonga di pantai Kuta, Bali. Yaitu mengandalkan konsistensi prinsip-prinsip di atas, sebab, memang proses belajar keterampilan berbahasa Inggris pedagang asong aplikatif-komunikatif. Dengan demikian, pedagang asong di pantai Kuta, Bali dengan tergelarnya media pembelajaran secara langsung melalui turis, maka bahasa sebagai alat komunikasi menjadi mudah proses penguasaan bahasa tersebut.
Penulis telah banyak mengumpulkan informasi data primer dari sejumlah informan (dalam catatan lain) bahwa proses berbahasa Inggris pedagang asong di pantai Kuta, Bali tidak murni proses alamiah berbahasa seperti yang dialami penyerapan bahasa bagi bayi hingga balita. Karena, bagaimana pun juga para pedagang asong tersebut sedikit banyak telah mengenal bahasa Inggris sebelumnya, betapa pun belum komunikatif. Dan kemampuannya tersebut telah dipelajarinya dari orang lain di sekelilingnya. Bisa jadi kombinasi itu semua yang membuat pedagang asongan lebih  terampil memakai bahasa Inggris.
Dengan kesabaran dan ketelatenan serta ketekunan seorang ibu, misalnya, membenarkan ucapan-ucapan yang belum sempurna pada balitanya, akhirnya kemampuan berbahasa balitanya bisa terbentuk hingga mencapai kesempurnaan. Sebagaimana pedagang asongan juga dengan frekuensi pengulangan ucapan orang lain, sebagai asah evaluasi suara dalam ungkapan bahasa.
Yang pasti pedagang asong di pantai Kuta lebih beruntung bisa belajar bahasa Inggris langsung dengan sumber belajar. Kalau hal ini terjadi benar memang cara belajar mereka seperti masa balita belajar bahasa ibu, walau hal itu tidak semua berlangsung seperti itu, namun fakta membuktikan tahapan yang paling dasar mereka menguasai bahasa Inggris pada awalnya mereka terbiasa mengatakan, misalnya: Hallo, good morning … , wood carving … T-Shirt, kite, Indonesian batik, silver … dll. Sebagai bentuk komunikasi yang mempunyai motivasi kuat di balik komunikasi untuk sesuatu tujuan, maka secara teoritik kemampuan semakin terpupuk. Dari sedikit demi sedikit itulah akhirnya terbiasa dengan ucapan-ucapan sederhana hingga membentuk komunikasi yang semakin kompleks. Imam Muhayat, Bali, 24 Oktober 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H