aktivitas jalan-jalan itu, 30.10. 2014, memenuhi permintaan anak. Sering mendapatkan cerita dari teman sepermainan yang sudah pernah melihat dari dekat Garuda Wisnu Kencana, ia tertarik melihat sebagaimana temannya yang sudah ke GWK. Berhari-hari ia mengajak saya pergi, namun belum ada kesempatan juga untuk memenuhi permintaannyat. Akhirnya pagi hingga siang itu saya dapat mengantarkannya dengan mengendarai sepeda motor melaju ke arah Barat dari rumah tinggal saya di kawasan Kampial, Nusa Dua.
Sebelum memasuki pintu gerbang Garuda Wisnu Kencana, sebagaimana permintaannya sebelumnya juga -- Â yang sudah seminggu tidak saya turutinya. Kesempatan ini saya ingin memenuhi janji membelikan yang diinginkannya. Pikir saya tanpa memenuhi permintaan sebelumnya akan sangat mengganggu suasana, di mana saya sendiri ingin menikmati jalan-jalan indah di Garuda Wisnu Kencana. Sebab, saya perkirakan yang diinginkan itu tidak tersedia di tempat perbelanjaan. Biasa, sendal bergambar kartun yang biasa dilihat di iklan TV itu.
Benar, saat mulai masuk pintu Gerbang Garuda Wisnu Kencana, ia merasa nyaman dan gembira dengan sendal barunya. Makanan, minuman kecil yang ia sukai sudah saya persiapkan sebelumnya. Tambah terasa nyaman dan dapat menikmati indahnya kawasan pintu masuk di GWK Â dan hamparan taman-taman, serta lingkungan sebelah yang tertata rapi nan menawan.
[caption id="attachment_332164" align="aligncenter" width="560" caption="Foto: Jalan Masuk ke GWK, dokumen pribadi"][/caption]
Puas dapat menikmati pintu gerbang dan taman-taman, saya menuju pintu masuk parkir. Ceck in dengan membayar parkir Rp. 5.000, lihat-lihat sekeliling yang perlu di-shot ketemu lahan perencanaan parkir baru yang masih terlihat dalam penataan dengan mengukir - ornamen dinding gunung. Saya perkirakan nanti akan menjadi parker yang terindah di dunia, dan lain daripada yang lain.
[caption id="attachment_332165" align="aligncenter" width="560" caption="Foto: Rencana tempat Parkir terindah di dunia, dokumen pribadi"]
Pada ujung tempat parkir yang nampaknya pengunjung belum boleh masuk, tetapi, maaf, saya mencoba memasuki tempat tersebut. Saya temukan patung yang menggambarkan kekuatan jari telunjuk dan kekuatan magis salam dua jari. Tidak lain saya tetap memberikan apresiasi bahwa patung itu dahsyat maknanya. Pada balik patung terdapat simbol kekuatan sosok di balik layar sebagai master plan Garuda Wisnu Kencana, Jimbaran, Bali.
[caption id="attachment_332166" align="aligncenter" width="560" caption="Foto: Filosofi satu jari dalam dua jari kesaksian dalam perjalanan panjang, dokumen pribadi"]
Terlintas imaji berbagai macam tafsir dan analisa jauh ke belakang menerawang deretan sosok figur berkepala dingin sebagai futurolog, manajer-manajemen, kreator seni, teknokrat, birokrat, pemikir, filosof, ilmuan, agamawan, politikus, intertaintner, marketing, wartawan, pekerja seni, ketua lingkungan, ketua banjar, bendesa adat, pecalang. Ya, patung jari itu tepat sebagai simbol makna itu semua dapat dipahami dengan jelas.
Puas dengan putar-putar, kini waktunya memasuki tempat parker yang lama dengan penataan yang menawan. Sejenak istirahat serasa cocok untuk sekadar  makan dan minum yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Bukan berarti di tempat itu tidak ada restoran. Sejumlah restoran menyediakan kulinernya mantab dengan pelayanan nan menawan. Maaf, pertimbangan isi saku, ternyata bisa juga sedikit cuek walau banyak orang mondar-mandir di tempat tersebut. Bahkan ada juga yang sempat mengampiri dua orang ibu muda, tetapi dengan santai juga saya dapat berkomunikasi sambil makan bersama anak. Tidak kurang dari dua puluh menit dapat tegur sapa. Belakangan saya ketahui yang satu bernama Tika dan satunya tidak sempat menanyakan jatidirinya. Keduanya baru seminggu ini di Bali jauh-jauh datang dari Sumatera serasa logat kentalnya Aceh, ingin jalan-jalan di Bali di antaranya  GWK.
[caption id="attachment_332169" align="aligncenter" width="560" caption="Foto: Potret diri jalan-jalan bersama si-kecil, dokumen pribadi"]
Selesai itu semua, saya menuju tempat pembelian tiket masuk GWK. Terlihat kedua ibu muda itu membeli tiket, sedangkan saya jauh di belakangnya. Dengan sedikit teriak saya menyapanya agar dapat mengambil gambarnya sebagai momen perjalanan wisatanya di Bali. Juga, saya minta kesediaanya dapat mengambilkan gambar, saat saya membeli tiket masuk di kawasan wisata GWK, "Terima kasih," singkat kataku dan tidak lama kemudian saya memasuki wisata GWK…… bersambung … Imam Muhayat, Bali, 30 Oktober 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H